Patiayam adalah Situs purba di Pegunungan Patiayam, Dukuh Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Sekitar 1.500 fosil ditemukan di Patiayam dan kini disimpan di rumah-rumah penduduk. Sebagian gading gajah ditempatkan di Museum Ronggowarsito Semarang.Situs Patiayam merupakan bagian dari Gunung Muria. Luasnya 2.902,2 hektar meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Pati.
Situs Patiayam ini merupakan situs istimewa dimana fosil fosil kehidupan purba di temukan di daerah ini. dan tentunya inilah salah satu situs purba yang menarik selain situs sangiran.
Situs Patiayam ini merupakan situs istimewa dimana fosil fosil kehidupan purba di temukan di daerah ini. dan tentunya inilah salah satu situs purba yang menarik selain situs sangiran.
Geologi Patiayam
Kompleks perbukitan ini terdiri atas beberapa bukit kecil dengan ketinggian 200 hingga 350 m di atas permukaan laut (dpl). Para peneliti terdahulu, seperti Sartono dkk. (1978), Zaim (1989, 2006), dan Suwarti dan Wikarno (1992) menyebutnya sebagai kubah (dome). Puncak tertinggi kompleks Gunung Patiayam terletak di Bukit Payaman pada ketinggian 350 m dpl. Menurut mereka, kubah tersebut terbentuk pada Plistosen (0,5 – 0,9 juta tahun lalu) (jtl.). Zaim (1989) menyebutkan bahwa kegiatan gunung api juga pernah berlangsung di kompleks Gunung Patiayam, yaitu pada 2 – 0,5 jtl., bersamaan dengan kegiatan vulkanisme Gunung Muria. Jadi, pembentukan kubah Patiayam berada pada kisaran waktu dengan kegiatan vulkanisme di kompleks perbukitan ini.
Batuan Penyusun Gunung Patiayam tersusun oleh batuan beku lava dan intrusi basal piroksen yang kaya akan mineral leusit, breksi gunung api (piroklastika dan lahar), batupasir tuf dan breksi batuapung (endapan piroklastika), napal dan batugamping, serta lempung hitam endapan rawa. Batuan gunung api tersebut mendominasi daerah patiayam dengan sebaran lebih dari 80%
Geologi Patiayam
Geologi Patiayam
Geologi Patiayam
menurut S. Mulyaningsih, dkk (2008), batuan gunung api yang menyusun daerah Gunung Patiayam antara lain adalah
1.Di lereng timur Gunung Patiayam djumpai singkapan lapisan lempung argiliseus. Lempung argilaseus tersebut diinterpretasikan dibentuk oleh larutan hidro-termal akibat aktivitas magmatisme yang menyentuh tubuh air tanah sehingga lapisan dengan air tanah tersebut teralterasi
2. Diatas Lempung argilaseus secara stratigrafis tersingkap lava, yang ditunjukkan oleh hadirnya bongkah-bongkah lava berukuran 0,5 – 3m di permukaan. Tubuh lava tersebut makin ke bawah makin masif.
3. ke arah barat daya dari lokasi bongkah lava tersingkap batuan intrusi gang, yang juga tersusun oleh basal piroksen kaya leusit. Tubuh batuan intrusi ini di permukaan dicirikan oleh morfologi yang melingkar di puncak bukit, dengan posisi yang lebih tinggi dari wilayah di sekitarnya.
4.Di lereng barat – barat daya, sekitar 200 – 500 m dari lokasi breksi autoklastika pada lembah Sungai Pontang, tersingkap perlapisan breksi piroklastika dan breksi lapili dengan matriks tuf.
5. Ke arah hulu Sungai Pontang, sekitar 50 m ke barat – barat laut, breksi piroklastika secara tidak selaras ditindih oleh batugamping (napal) dengan fosil moluska asal laut
6. Pada fasies yang lebih jauh, yaitu di daerah Jengglong, sisi timur daerah pengamatan patiayam, ter-singkap batuan epiklastika berupa batupasir yang mengandung tuf, batupasir dengan sedikit fragmen pumis dan skoria berukuran kerikil, konglomerat dan breksi epiklastika (lahar)
7. Makin ke arah barat, komposisi endapan epiklastika makin berkurang dan berganti dengan tuf dan breksi pumis yang diinterpretasikan sebagai batuan piroklastika. Ke arah barat laut, komposisi litologi didominasi oleh perlapisan breksi pumis dan tuf, yang makin ke arah hulu breksi pumis makin dominan
8. Batuan yang tersingkap di bagian utara (dae-rah Sukobubuk dan sekitarnya) tersusun oleh endapan pasir lepas dan konglomerat/breksi dengan fragmen litik andesit piroksen dan basal dengan bentuk butir membundar
2. Diatas Lempung argilaseus secara stratigrafis tersingkap lava, yang ditunjukkan oleh hadirnya bongkah-bongkah lava berukuran 0,5 – 3m di permukaan. Tubuh lava tersebut makin ke bawah makin masif.
3. ke arah barat daya dari lokasi bongkah lava tersingkap batuan intrusi gang, yang juga tersusun oleh basal piroksen kaya leusit. Tubuh batuan intrusi ini di permukaan dicirikan oleh morfologi yang melingkar di puncak bukit, dengan posisi yang lebih tinggi dari wilayah di sekitarnya.
4.Di lereng barat – barat daya, sekitar 200 – 500 m dari lokasi breksi autoklastika pada lembah Sungai Pontang, tersingkap perlapisan breksi piroklastika dan breksi lapili dengan matriks tuf.
5. Ke arah hulu Sungai Pontang, sekitar 50 m ke barat – barat laut, breksi piroklastika secara tidak selaras ditindih oleh batugamping (napal) dengan fosil moluska asal laut
6. Pada fasies yang lebih jauh, yaitu di daerah Jengglong, sisi timur daerah pengamatan patiayam, ter-singkap batuan epiklastika berupa batupasir yang mengandung tuf, batupasir dengan sedikit fragmen pumis dan skoria berukuran kerikil, konglomerat dan breksi epiklastika (lahar)
7. Makin ke arah barat, komposisi endapan epiklastika makin berkurang dan berganti dengan tuf dan breksi pumis yang diinterpretasikan sebagai batuan piroklastika. Ke arah barat laut, komposisi litologi didominasi oleh perlapisan breksi pumis dan tuf, yang makin ke arah hulu breksi pumis makin dominan
8. Batuan yang tersingkap di bagian utara (dae-rah Sukobubuk dan sekitarnya) tersusun oleh endapan pasir lepas dan konglomerat/breksi dengan fragmen litik andesit piroksen dan basal dengan bentuk butir membundar
Aktivitas Vulkanisme Gunung Patiayam
Aktivitas vulkanisme wilayah ini sebenarnya tidak terlepas dari proses tektonik yang terlebih dahulu terjadi, menurut S. Mulyaningsih dkk (Jurnal Geologi Indonesia, 2008), bahwa proses tektonik memang pernah terjadi di wilayah ini yang membentuk rekahan. Akibat adanya rekahan tersebut, magma muncul ke permukaan melalui rekahan dan membangun kerucut (tubuh) gunung api. Proses pemunculan magma yang berlangsung secara berulang-ulang memanaskan batuan yang dilaluinya. Karena batuan tersebut mengandung air, maka terjadi penguapan dan pelarutan menghasilkan larutan hidrotermal, membentuk lempung argilaseus.
Interpretasi kegiatan vulkanisme tersebut juga didukung oleh asosiasi intrusi andesit basaltik de-ngan lava basal leusit dan breksi autoklastika yang berselingan dengan breksi piroklastika berdensitas dan breksi pumis. Semua batuan tersebut dihasilkan oleh aktivitas gunung api. Meskipun lava dapat terangkut, namun transportasinya tidak akan dapat menjangkau cukup jauh.
Pertumbuhan kerucut gunung api juga pernah berlangsung menghasilkan breksi piroklastika, lava, dan breksi autoklastika. Breksi piroklastika dan lava yang menumpang di atas breksi pumis dan tuf mengindikasikan bahwa setelah penghancuran kawah gunung api, terjadi pertumbuhan kerucut gunung api. Selama aktivitasnya, telah berlangsung empat kali pertumbuhan kerucut gunung api dan empat kali penghancuran kerucutnya. Urutannya adalah pertumbuhan kerucut gunung api, penghancuran pertama menghasilkan Rim 1, pertumbuhan dan penghancuran menghasilkan Rim 2, pertumbuhan dan penghancuran menghasilkan Rim 3, pembentukan dan penghancuran menghasilkan Rim 4 dan erosi.
Meskipun secara komposisi batuan gunung api Patiayam sama dengan batuan gunung api di Lasem, yaitu absarokit (sangat kaya kalium), sosonit, tefrit
ultrapotasik, dan trakiandesit alkalin potasik (Zaim, 1989), namun batuan tersebut tidak mungkin dihasilkan oleh kegiatan vulkanisme Gunung Lasem, mengingat jaraknya yang terlalu jauh, yaitu sekitar 60 km. Gunung Muria sendiri memiliki umur yang jauh lebih muda, yaitu 0,7 – 0,01 jt. Jadi, batuan Gunung Api Patiayam juga tidak mungkin berasal dari kegiatan Gunung Muria, di samping karena jaraknya yang sangat jauh, yaitu sekitar 30 km, juga umurnya yang terlalu tua.
Data kegiatan gunung api masa kini menunjukkan bahwa aliran lava tidak akan mampu menjangkau lebih dari 5 km dari pusat erupsi; aliran piroklastika berdensitas tidak akan mampu menjangkau lebih dari 20 km dan abu serta pumis dapat tertransportasi lebih jauh bergantung pada arah angin.
Perkembangan kompleks Gunung Api purba Patiayam berdasarkan interpretasi citra landsat (tanpa skala).
Interpretasi kegiatan vulkanisme tersebut juga didukung oleh asosiasi intrusi andesit basaltik de-ngan lava basal leusit dan breksi autoklastika yang berselingan dengan breksi piroklastika berdensitas dan breksi pumis. Semua batuan tersebut dihasilkan oleh aktivitas gunung api. Meskipun lava dapat terangkut, namun transportasinya tidak akan dapat menjangkau cukup jauh.
Pertumbuhan kerucut gunung api juga pernah berlangsung menghasilkan breksi piroklastika, lava, dan breksi autoklastika. Breksi piroklastika dan lava yang menumpang di atas breksi pumis dan tuf mengindikasikan bahwa setelah penghancuran kawah gunung api, terjadi pertumbuhan kerucut gunung api. Selama aktivitasnya, telah berlangsung empat kali pertumbuhan kerucut gunung api dan empat kali penghancuran kerucutnya. Urutannya adalah pertumbuhan kerucut gunung api, penghancuran pertama menghasilkan Rim 1, pertumbuhan dan penghancuran menghasilkan Rim 2, pertumbuhan dan penghancuran menghasilkan Rim 3, pembentukan dan penghancuran menghasilkan Rim 4 dan erosi.
Meskipun secara komposisi batuan gunung api Patiayam sama dengan batuan gunung api di Lasem, yaitu absarokit (sangat kaya kalium), sosonit, tefrit
ultrapotasik, dan trakiandesit alkalin potasik (Zaim, 1989), namun batuan tersebut tidak mungkin dihasilkan oleh kegiatan vulkanisme Gunung Lasem, mengingat jaraknya yang terlalu jauh, yaitu sekitar 60 km. Gunung Muria sendiri memiliki umur yang jauh lebih muda, yaitu 0,7 – 0,01 jt. Jadi, batuan Gunung Api Patiayam juga tidak mungkin berasal dari kegiatan Gunung Muria, di samping karena jaraknya yang sangat jauh, yaitu sekitar 30 km, juga umurnya yang terlalu tua.
Data kegiatan gunung api masa kini menunjukkan bahwa aliran lava tidak akan mampu menjangkau lebih dari 5 km dari pusat erupsi; aliran piroklastika berdensitas tidak akan mampu menjangkau lebih dari 20 km dan abu serta pumis dapat tertransportasi lebih jauh bergantung pada arah angin.
Perkembangan kompleks Gunung Api purba Patiayam berdasarkan interpretasi citra landsat (tanpa skala).
Perkembangan kompleks Gunung Api purba Patiayam berdasarkan interpretasi citra landsat (tanpa skala).(S. Mulyaningsih dkk,2008)
Sejarah Arkeologi Gunung Patiayam
Padahal, pada tahun 1979, Dr Yahdi Yaim dari Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), telah menemukan sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia. Lalu ditemukan pula sejumlah tulang belulang binatang purba, seperti Stegodon trigono chepalus (sejenis gajah purba), Elephas sp (juga jenis gajah), Cervus zwaani dan Cervus lydekkeri Martin (sejenis rusa), Rhinoceros sondaicus (badak), Sus brachygnatus Dubris (babi), Felis sp (macan), Bos bubalus palaeoharabau (kerbau), Bos banteng paleosondicus (banteng), dan Crocodilus sp (buaya). Semua itu ditemukan dalam lapisan batu pasir tufoan (Tuffaceous sandstones).
Menurut Prof Dr Sartono dan kawan-kawan, temuan tersebut merupakan jenis litologi dari formasi Slumprit (bagian dari Bukit Patiayam) yang terbentuk pada Kala Plestosan Bawah. Atas dasar itulah, umur fosil yang ditemukan Yahdi antara 1 juta hingga 700.000 tahun lalu. Menurut catatan Kompas, April 1981, Tim Pusat Penelitian dan Penggalian Benda Purbakala Yogyakarta menemukan dua gading gajah purba berukuran panjang 2,5 meter dan berdiameter 15 sentimeter di Bukit Patiayam, wilayah Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Fosil ini diperkirakan berumur 800.000 tahun. Selain itu, tim juga menemukan fosil kepala dan tanduk kerbau, dua gigi babi, banteng, kambing, rusa, badak, buaya, dan kura-kura. Dengan ditemukannya fosil-fosil itu, tim peneliti menyimpulkan Bukit Patiayam semula merupakan sebuah sungai dengan lebar 50 meter hingga 200 meter, sedikit rawa dan padang rumput (Kompas, 6 April 1981).Setahun kemudian, tepatnya akhir November 1982, Sukarmin menemukan dua gading gajah di Gunung Nangka (bagian dari Bukit Patiayam), Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Gading pertama berukuran panjang 3,17 meter dan gading kedua berukuran panjang 1,44 meter. Kedua gading gajah ini sekarang tersimpan di museum Ronggowarsito Semarang. Pada kurun waktu yang sama, Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Kudus Soetikno juga menemukan fosil gading gajah di petak 22 Gunung Slumprit (juga bagian dari Bukit Patiayam).
Menurut tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Harry Widianto dengan anggota Muhammad Hidayat dan Baskoro Daru Tjahjono yang melakukan penelitian di Situs Patiayam, 16-17 November 2005, situs ini sudah dikenal sejak lama sebagai situs hominid (manusia purba) di Indonesia. Situs hominid lainnya adalah Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, Perning Mojokerto, Ngandong, dan Ngawi.
Fosil di Patiayam
Menurut tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Harry Widianto dengan anggota Muhammad Hidayat dan Baskoro Daru Tjahjono yang melakukan penelitian di Situs Patiayam, 16-17 November 2005, situs ini sudah dikenal sejak lama sebagai situs hominid (manusia purba) di Indonesia. Situs hominid lainnya adalah Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, Perning Mojokerto, Ngandong, dan Ngawi.
Fosil di Patiayam
Fosil di Patiayam
Gajah Purba terbesar, Stegodon trigonochepalus, ditemukan di Pati Ayam
Fosil gajah purba di situs purbakala Pati Ayam, Kab. Kudus
Salah satu gajah purba terbesar, Stegodon trigonochepalus, ditemukan di pegunungan Pati Ayam, Kab. Kudus. Gajah purba ini bisa mencapai ukuran tinggi hingga 4 m dan panjang mencapai 12 m. Gajah Stegodon bahkan lebih besar daripada Mammoth yang ditemukan di daerah sekitar kutup.
Situs purbakala Pati Ayam terletak di sisi timur Kab. Kudus dan berbatasan dengan Kab. Pati. Tidak sulit menemukan situs pubakala ini. Dari jalan raya Pantura arah Kudus-Pati, kurang lebih 15 km dari Kota Kudus, terdapat baliho petunjuk arah Situs Purbakala Pati Ayam di kiri jalan. Jarak dari jalan raya hanya 500 m masuk wilayah desa Terban. Jalan desa ini masih sempit dan kondisinya rusak parah di beberapa ruasnya. Museum cagar budaya situs purbakala Pati Ayam berada di depan balai desa Terban. Museumnya menempati sebuah rumah kecil yang lebih mirip ruko daripada sebuah museum purbakala.
Konon fosil-fosil purba ini sudah ditemukan oleh warga desa Terban sejak awal tahun 1980-an. Mereka menemukan tulang-tulang yang sudah membatu dengan ukuran luar biasa. Warga desa menemukan ladang mereka yang berada di lereng-lereng pegunungan Pati Ayam. Menurut cerita nenek-moyang warga, konon di salah satu hutan di Pati Ayam ini juga tempat semedinya Baron Skeber.
Fosil gajah purba
Fosil gajah purba di situs purbakala Pati Ayam, Kab. Kudus
Baru sekitar tahun 2005 dilakukan pengalian oleh dinas purbakala Jawa Tengah. Para arkeolog dan warga menemukan banyak sekali fosil-fosil tulang yang berukuran besar. Salah satunya fosil gading yang sudah membatu dengan ukuran panjang hampir 4 m. Ditemukan pula tulang-tulang panggul, rahang, gigi, dan beberapa tulang lain. Setelah diteliti, tulang-tulang ini adalah tulang gajah purba yang dinamakan Stegodon trigonochepalus. Ukurannya pun diperkirakan sebesar truk tronton yang tingginya bisa mencapai 4 m dan panjang 12 m.
fosil kerbau purba
fosil kerbau purba
Fosil kerbau purba di situs purbakala Pati Ayam, Kab. Kudus
fosil kerbau purba
fosil kerbau purba
Fosil kerbau purba di situs purbakala Pati Ayam, Kab. Kudus
Sebagian besar fosil yang ditemukan di pegunungan Pati Ayam adalah fosil gajah purba. Namun, ditemukan juga fosil kerbau purba dan beberapa cangkang kerang binatang laut. Ditemukan pula hiu purba yang ukurannya juga besar.
Ditemukannya fosil binatang lau dalam jumlah besar menimbulkan dugaan bahwa lembah di pegunungan ini kemungkinan dahulu kala adalah terendan laut. Kemungkinan ada selat yang memisahkan antara Pati Ayam dengan gunung Muria di Kudus.
Ditemukannya fosil binatang lau dalam jumlah besar menimbulkan dugaan bahwa lembah di pegunungan ini kemungkinan dahulu kala adalah terendan laut. Kemungkinan ada selat yang memisahkan antara Pati Ayam dengan gunung Muria di Kudus.
Fosil-fosil ini merupakan fosil langka yang ditemukan di Indonesia. Ada sebagian yang disimpan di museum purbakala Jawa Tengah dan sisanya di simpan di balai desa Terban, di sebuah rumah yang disebut Museum Purbakala Pati Ayam.
Di lokasi pegunungan Pati Ayam pemerintah daerah membuat sebuah rumah kecil, dinamakan Gardu Pandang, yang terdapat tulang fosil gajah purba. Fosil ini belum diangkat dan ditutupi dengan kotak kaca sebagai hiasan. Jarak pegunungan Pati Ayam dengan balai desa tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 500 m. Jadi jika berkunjung ke museum ini alangkah baiknya sekalian melihat pegunungan Pati Ayam.
Di lokasi pegunungan Pati Ayam pemerintah daerah membuat sebuah rumah kecil, dinamakan Gardu Pandang, yang terdapat tulang fosil gajah purba. Fosil ini belum diangkat dan ditutupi dengan kotak kaca sebagai hiasan. Jarak pegunungan Pati Ayam dengan balai desa tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 500 m. Jadi jika berkunjung ke museum ini alangkah baiknya sekalian melihat pegunungan Pati Ayam.
Meskipun tempat dan lokasi museum purbakala Pati Ayam masih alakadarnya, namun museum ini bisa menjadi tempat yang menarik untuk anak-anak. Anak kecil usia sekolah pasti suka dengan cerita binatang purba. Apalagi bisa melihat dan menyentuh langsung fosil-fosil binatang raksansa itu, pastilah akan sangat berkesan.
Jika Anda kebetulan melewati tempat ini. Mampirlah sebentar ke museum Pati Ayam.
Jika Anda kebetulan melewati tempat ini. Mampirlah sebentar ke museum Pati Ayam.
Mimpi Seorang Pak Zaenal, Menjadikan Situs Pati Ayam Sebagai Salah satu Situs yang Dikenal Dunia
Mungkin menurut sebagian orang, mimpi Pak Zaenal hanyalah mimpi yang tak bisa diwujudkan. Namun ketika melihat apa yang ditemukan, dan bagaimana nilai sejarah tempat tersebut, sangat mungkin tempat ini kelak menjadi salah satu tempat penemuan fosil yang dikenal di seluruh dunia.
Hal ini dikarenakan telah ditemukan kurang lebih 1.500 fosil di tempat ini yang kini disimpan di museum sementara yang bertempat di Balai Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Sebagian diantaranya masih tersimpan di rumah penduduk sekitar, dan sebagian yang lain tersimpan di Museum Ronggowarsito, Semarang. Dinamakan Situs Pati Ayam karena tempat ditemukannya fosil-fosil tersebut di Pegunungan Pati Ayam yang merupakan bagian dari Gunung Muria.
Mudah2an harapan Pak Zainal terkabul ya...
Luas situs ini sekitar 2.902,2 hektar meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Pati. Jaraknya hanya 18 kilometer dari Kota Kudus. Ketika anda berada di pusat Kota Kudus – Simpang Tujuh, ambillah arah ke kota ke Pati. 10 kilometer dari Simpang Tujuh arah Pati, anda akan bertemu denga daerah yang bernama Bareng. Kemudian, perlambatlah laju kendaraan anda, karena nanti di sebelah kiri jalan ada papan petunjuk yang menunjukkan ke arah Situs Pati Ayam. Dari pertigaan ini, anda masih harus berkendara ke dalam lagi sejauh 3 kilometer, barulah sampai.
Situs purba Pati Ayam memiliki persamaan dengan situs purba Sangiran, Trinil, Mojokerto, dan Nganjuk. Keunggulan komparatif situs Pati Ayam adalah fosilnya yang utuh dikarenakan penimbunan abu vulkanik halus. Di sekitarnya tidak terdapat sungai besar sehingga fosil tidak pindah lokasi karena erosi. Keadaan ini berbeda dengan situs purbakala lainnya di mana fosil ditemukan pada endapan sungai.
Situs Pati Ayam merupakan salah satu situs terlengkap. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (Homo erectus), fauna vertebrata, dan fauna invertabrata. Ada juga alat-alat batu dari hasil budaya manusia purba yang ditemukan dalam satu area pelapisan tanah yang tidak terputus sejak minimal satu juta tahun lalu.
Secara morfologi, situs Patiayam merupakan sebuah kubah (dome) dengan ketinggian puncak tertingginya (Bukit Patiayam) sekira 350 meter di atas permukaan laut. Di daerah Patiayam ini terdapat batuan dari zaman Plestosen yang mengandung fosil vertebrata dan manusia purba yang terendap dalam lingkungan sungai dan rawa-rawa.
Sejak 22 September 2005, situs Pati Ayam ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Sebelumnya, situs ini sudah lama dikenal sebagai salah satu situs manusia purba (hominid) di Indonesia. Sejumlah fosil binatang purba ditemukan penduduk setempat, seperti kerbau, gajah, dan tulang binatang lain. Fosil gading gajah purba Stegodon trigonocephalus sendiri merupakan primadona situs Patiayam.
Rangkaian penelitian telah dilakukan di situs ini. Pada 1931, misalnya, saat peneliti asal Belanda Van Es menemukan sembilan jenis fosil hewan vertebrata. Berikutnya hingga 2007, berbagai penelitian dilakukan dan ditemukan 17 spesies hewan vertebrata dan tulang belulang binatang purba, antara lain stegodon trigonochepalus (gajah purba), elephas sp (sejenis Gajah), rhinocecos sondaicus (badak), bos banteng (sejenis banteng), crocodilus, sp (buaya), ceruus zwaani dan cervus atau ydekkeri martim (sejenis rusa), corvidae (rusa), chelonidae (kura-kura), suidae (babi hutan), tridacna (kerang laut), dan hipopotamidae (kuda nil).
Dari waktu ke waktu, makin banyak fosil purba ditemukan di situs ini sehingga perlu dibangun museum khusus sebagai tempat penampungan. Hingga sekarang terkumpul tidak kurang dari 1.500 fosil purba berusia antara 700.000 sampai 1 juta tahun.
Di balik nilai sejarahnya yang sangat tinggi tersebut, kondisi nyatanya justru sangat memprihatinkan. Tulang-tulang tersebut hanya ditempatkan sebuah rumah kecil di salah satu sudut Balai Desa Terban yang sempit. Dari segi keamanan maupun dari segi keterawatan tulang-tulang tersebut sangat kurang sekali. ,” Kita sudah beberapa kali ngomong ke Dinas terkait sih Pak agar dibangun sebuah museum yang bagus, namun sampai sekarang ya masih seperti ini,” Kata Pak Zainal, salah satu pengelola museum.
,”Bahkan dari pihak desa sudah menyediakan tanah kosong untuk museum, namun sampai sekarang mimpi kami belum terwujud, “Tutur Pak Zainal dengan tatapan mata yang penuh harapan. Kemudian kami ditunjukkan sebuah lahan yang cukup luas berukuran kurang lebih 1000 meter persegi, yang lokasinya berdekatan dengan museum sementara yang ada sekarang. Tempat ini nantinya akan dijadikan sebuah museum permanen jika pihak terkait bersedia mendanai.
Selain melihat museum, Pak Zaenal juga mengajak kami untuk melihat gardu pandang, dimana disekitar gardu pandang fosil-fosil Situs Pati Ayam banyak ditemukan. Gardu Pandang tersebut berjarak sekitar 1 km dari Balai Desa Terban. 300 meter menjelang lokasi, kita harus berjalan kaki, karena kendaraan bermotor sudah tidak bisa lewat lagi.
Justru disinilah asiknya berkunjung ke gardu pandang, berjalan diantara pohon jati dan kebun jagung yang subur, sungguh pemandangan yang mengasyikkan. ,”Saya juga pengen tempat ini nantinya jadi semacam ekowisata Pak. Jadi selain orang berkunjung untuk melihat situs, juga bisa bermain-main di taman sambil memetik buah, : Kata Pak Zainal sembari berjalan dipematang kebun jagung. Disamping itu, persis di bawah gardu pandang terdapat fosil yang sedari awal ditemukan di tempat itu. Fosil itu sengaja tidak dipindahakan sebagai tanda keberadaan Situs Patiayam.
Keinginan Pak Zainal untuk menjadikan Situs Pati Ayam sebagai kawasan wisata terpadu cukup berasalan, karena lokasinya yang berada di perbukitan dan sejuk sangat cocok untuk dibuat taman dan ditanami buah-buahan. Tinggal menunggu investor yang tertarik saja untuk mengembangkan tempat tersebut.
Mudah-mudahan harapan Pak Zainal dapat terkabul, karena pembangunan Situs Pati Ayam sangatlah berarti. Karena selain untuk menjaga kelestarian penemuan fosil-fosil, tentunya ekonomi penduduk setempat pastinya akan ikut terbangun.
Berbicara soal desa terban jekulo kudus tidak lepas dari Patiayam. ya Pati Ayam, yang digadang - gadang bakal menjadikan kemakmuran bagi warga desa terban. Pati ayam meliputi situs (gardu pandang), musium, gua, dan bukit. Hanya saja sejauh ini pengelolaan, promosi, dan penggalian potensi dari Patiayam masih belum menunjukan hasil signifikan.
Berikut secara singkat kami gambarkan kondisi Pati Ayam.
Gardu Pandang:
Terdapat sebuah Gardu Pandang dimana di dalam gardu tersebut terdapat fosil utuh Stegodon trigono chepalus (sejenis gajah purba). Di Gardu ini pengunjung juga dapat menikmati pemandangan gunung yang indah, air terjun, dan gundukan tanah yang berbentuk bagian tubuh binatang (menurut pemandu masih terdapat fosil yang belum tergali).
Gua
Gua ini adalah tempat tinggal manusia purba. ukuran gua tidak terlalu besar.Tapi menurut mitos gua ini akan muat ditempati berapapun orang...
Musium
Terdapat musium yang sementara berdiri dai dalam gedung PKK di depan Balai Desa Terban. Terdapat banyak fosil - fosil yang ditemukan di Terban, antara lain : Stegodon trigono chepalus (sejenis gajah purba), Elephas sp (juga jenis gajah), Cervus zwaani dan Cervus lydekkeri martin ( sejenis kera), Rhinoceros sondaicus ( sejenis badak), Susbrachygnatus dubvis (babi), Felis sp (harimau), Bos bubalus palaeokerabau ( sejenis kerbau), Bos banteng palaeo sondaicus ( sejenis banteng) dan Cocrodillus sp ( buaya).
Yang tidak kalah “mengagetkan” ditemukan fosil hiu, hewan - hewan air, fosil kuda nil atau hipopotamidae. Menurut Rokhus Due Ave, salah satu anggota tim peneliti Balar Jogja, selama ini kuda nil dikenal sejenis mamalia berukuran besar asal Afrika Bertubuh besar, berkulit kelabu gelap, mempunyai gading besar yang berfungsi mempertahankan diri dari predator. Bertempat tinggal di seputar daerah danau dan sungai Hidup berkelompok hingga 30 ekor. Tidurnya malam hari di dalam lumpur atau air, namun pada malam hari keluar mencari makan, yaitu rerumputanUntuk rencana kedepan akan didirikan musium khusus.
Penasaran kenapa ada hewan laut dan kudanil di bukit? Kunjungi Musium Patiayam!
Agen Slot
ReplyDeletePanduan Judi Onlie
LK21
Aturan Taruhan Dan Cara Bermain Royal Fortune Ayo Gabung Disini, Penuh Dengan Kejutan Bonus Berlimpah!!!
ReplyDeleteBelum Pernah Dapat Jackpot Slot? Cobalah Bermain Slot Kami...
ReplyDeleteWinning303.org
Rasakan Jackpot Setiap Hari...Dapatkan Juga Bonus Rollingan Setiap Hari....
Seru Bukan??? Yang Pastinya Anda Tidak Akan Berpaling Lagi...
Mainkan Permainan Lainnya Dengan 1 User ID Saja...
1. Live Casino
2. Poker
3. Sportsbook
4. Lottery/Togel
5. Sabung Ayam
Hubungi Segera:
WA: 087785425244
Donaco Poker Sebagai Situs Agen Poker Online Uang Asli Yang Menyediakan Transaksi Dari Bank Bca, Bni, Bri, Mandiri Danamon dan sekarang dengan via bank baru BTPN/JENIUS Memberikan Minimal Deposit Yang Sangat Murah Serta Menyediakan Hadiah Jackpot Setiap Harinya Dan Bisa Bermain Dengan Para Player Dari Seluruh Kota Yang Ada Di Indonesia.
ReplyDeleteWaktu Yang Relatif Singkat Dalam Semua Proses Transaksi Akan Semakin Membuat Para Member Betah Dan Puas.
Hubungi Kami Secepatnya Di :
WHATSAPP : +6281333555662
Gabung Bersama kami di Betpulsa,net
ReplyDeleteSitus Paling Terpercaya Betpulsa
Menangkan Bonus Jutaan Rupiah Setiap Harinya
Jaminan Kemenangan Bergaransi
Games Yang Tersedia Antara Lain :
* SPORTSBOOK
* POKER
* LIVE CASINO
* IDN LIVE
* BLACK JACK
* SLOT ONLINE
* SABUNG AYAM S128
Promo di Betpulsa :
* Min Depo 25 K
* Min WD - 50 K
* Bonus New Member 15%
* Next Deposit 10%
* Bonus Harian 5%
Dan Masih Banyak Bonus Lainnya
* Deposit Via Pulsa Tanpa Potongan Rate 100%
* Deposit dan Withdraw 24 jam Non stop ( Kecuali Bank offline / gangguan )
* Proses Deposit & Withdraw Tercepat
* Livechat 24 Jam Online
* Untuk Info Lebih Lanjut Bisa Hubungi CS Kami
## Contact_us ##
WHATSAPP : 0822 7636 3934
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
INGIN BONUS DEPOSIT SETIAP HARI DAN BONUS MINGGUAN?
ReplyDeleteSLOT PRAGMATIC TERBAIK SAAT INI, SILAKAN DI KLIK
Review ====>Slot Aztec Gems Deluxe PRAGMATIC GACOR