GOA LANGSE - SEJARAH, CERITA, LEGENDA & MITOS

Monday, 1 January 2018

GOA LANGSE


Nuansa magis dan sakral kental terasa manakala menginjakkan kaki di sekitar Goa Langse yang terletak di kaki tebing sekitar pantai Parangtritis. Tak terhitung nyawa orang yang melayang di Goa ini, paling up to date adalah tewasnya Subandi (50) dukun asal Tambak Harjo, Jrakah, Semarang Barat yang terjatukh ke jurang sedalam 400 meter se usai mengantarkan Lambok Manggiring Sinaga, caleg PKPI yang maju dari daerah Semarang.
Kena apa orang tertarik berbondong-bondong tetirah, nyekar, ziarah semedi atau bermacam ritual lainya dalam Goa Langse. Sebab Goa Langse di yakini sebagai salah satu keratonya kanjeng Ibu Ratu Kidul. Oleh sebab itu, Goa ini merupakan tempat yang sering di kunjungi oleh para Raja Mataram. Di Goa ini konon pernah bersemedi pula Syekh Siti Jenar, Syekh Maulana Maghribi, Danang Suta Wijaya atau penembahan senopati maupun Sunan Kalijaga.
Tempat pertemuan dua penguasa dari alam yang berbeda itu dikenal yang bernama Goa Langse. Goa ini termasuk dalam wilayah administratif Desa Giri Cahyo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul. Goa yang hingga kini dikenal sebagai tempat semedi atau "nenepi" itu jaraknya sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Yogyakarta. Setiap hari, selalu ada yang mendatangi tempat ini, dengan maksud memanjatkan do,a agar memperoleh keberhasilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Pada saat tertentu seperti malam selasa dan Jum,at Kliwon, pengunjung Goa Langse lebih banyak lagi jumlahnya, rata-rata mencapai 30 orang.
Bahkan pada bulan suro, waktu yang di percayai sebagai bulan berkah bagi masyarakat Jawa, pengunjungnya bisa mencapai 70 orang setiap harinya. Perjalanan menuju Goa Langse terbilang cukup mengasikkan. Setelah berjalan kaki sekitar 150 meter melintasi hamparan ladang dan perkebunan hutan Jati, pengunjung akan sampai di "Pelawangan" atau bibir tebing dengan batu-batu besar. Dibawahnya terhampar laut biru yang luas, terbingkai garis cakrawala. Pantai Parangtritis yang terletak di sebelah utara Goa Langse pun terlihat dari "Pelawangan". Dibawah salah satu batu besar si bibir tebing ini terdapat sisa-sisa bunga, menandakan sering digunakan untuk tempat bersemedi atau ber doa.
Menurut penuturan Aris Sukamto dan Sugianto, juru kunci yang kerap mengantarkan pelaku spiritual yang berkunjung ke Goa Langse, di ketahui bahwa tujuan peziarah bermacam-macam. " Yang jelas berdoa, nenuwun kepada Tuhan yang maha Esa agar tujuannya tercapai lantaran tempat ini. Mereka percaya berdoa, dari dalam Goa Langse itu mustajab," katanya.
Ditambahkan Aris ketenaran Goa Langse berawal dari kisah Dewi Nawang Wulan, "Dewi Nawang Wulan adalah bidadari dari kahyangan. Kala itu bersama kaka-kakaknya mandi di Sendang Beji yang ada di Giri Jati," kisahnya mengawali cerita.( kisahnya memang hampir serupa dengan Nawangwulan Jakatarub ditempat lain )
Alkisah, kala bidadari mandi tersebut, Kidang Telangkas atau lebih di kenal dengan nama Jaka Tarub melihatnya. Tahu banyak wanita cantik mandi, tergerak hatinya untuk menyembunyikan seperangkat pakaian yang ternyata milik Dewi Nawang Wulan. Saat selesai mandi Dewi Nawang Wulan menangis, sebab teman-temanya bisa kembali mengangkasa dan pulang ke kahyangan sedangkan Dewi Nawang Wulan tidak bisa, "karena kamanungsan (ketahuan manusia)maka oleh sang Hyang Wenang Dewi Nawang Wulan di jatohi sabda untuk menjadi Ratunya pantai selatan dan berjuluk Kanjeng Ibu Ratu Kidul dan salah satu Keratonya ya ada di goa Langse ini," tuturnya.
( wallahualam bishshawab... ini menurut versi yang bersangkutan saja )
Sugianto menambahkan, "karena dianggap keramat, maka dahulu Syech Maulana Malik Maghibi, Syech Siti Jenar, Kanjeng Sunan Kalijaga dan panembahan Senopati pernah bertapa bersama-sama di sini dan mengharap keselamatan, kesejahtraan serta kemuliaan seluruh kawulo kala itu. Maka yang berdatangan kesini biasanya ngalap berkah dari para leluhur itu. Masalah terkabul atau tidaknya itu urasan Allah SWT. Anda percaya silahkan, tidak juga gamasalah," pungkasnya. (Solihin)
Menantang Maut Di Goa Langse
Goa yang satu ini jelas berbeda dari goa-goa lainnya. Tidak seperti Goa Permoni, Goa Sleman, atau Goa Selarong.
Untuk menuju Goa Langse anda harus sangat-sangat membutuhkan keberanian yang lebih. Pertama-tama anda akan menerobos hutan (tidak mirip hutan sih sebenarnya) yang disebut "Alas Gupit", kemudian anda diharuskan menuruni tebing yang curam menggunakan tangga yang sudah di sediakan pengelola. Kemudian anda akan merayap-rayap dengan bantuan tongkat yang telah di ikatkan di tebing ataupun akar pohon, sehabis itu kata orang jawa sih anda harus meniru laku cecak di Batu Gedeg, dan harus merayap lagi di Bokong Semar sebelum sampai ke mulut gua.
Saat merayap di tebing yang nyaris tegak lurus yang tingginya kurang lebih 400 meter itu bahayanya sangat luar biasa ... Jika jatuh sudah hampir dipastikan nyawa tak tertolong. Ombak yang sangat ganas di bawah, serta batu karang yang runcing siap menyambut apa saja yang terlepas dari atas.
Seiring majunya zaman pastilah ada perkembangan fasilitas disana .. Contohnya saja, menurut cerita para orang tua, dulu akses untuk menuju Goa Langse hanya bergelayutan di akar-akar pohon!!! Berhubung akses cukup berbahaya akhirnya di ganti dengan tangga bambu. Kemudian di ganti lagi dengan besi yang di tancapkan di dinding-dinding tebing. Dan untungnya sekarang sudah memakai tangga yang terbuat dari kayu kokoh yang di cor dengan semen. Jadi lumayan amanlah...
Tapi waspada sangat diharuskan, teledor dikit, kepeleset, jatuh, melayang nyawa kesayangan...
Menurut detik.com sih kata "Langse" itu kependekan dari tilase (bekas). Goa ini dipercayai oleh masyarakat bekas tempat bertapanya Panembahan Senopati maupun Sunan Kalijogo, dua tokoh sentral dalam spiritualitas Jawa. Mungkin itulah yang menjadikan daerah ini dianggap sebagai kawasan sakral, dan siapa saja yang habis memasuki kawasan ini katanya sih bakal mendapat penghargaan dari masyarakat Jawa, dianggap sebagai orang hebat bung!!! Pastilah jelas hebat, sekarang saja buat menuju TKP susahnya minta ampun gitu, apalagi dulu...
Ada apa aja di Goa Langse?
Sebenarnya tempat ini bukanlah tempat wisata senang-senang seperti Air Terjun Sri Gethuk, Air Terjun Banyunibo, ataupun Pantai Glagah.
Menurut cerita dari simbah yang mendiami goa tersebut, tempat ini adalah tempat untuk mencari ketenangan diri, mencari hidayah dari Gusti Ingkang Moho Kuwoso, dan tempat untuk melancarkan hal-hal yang berkaitan dengan duniawi (bukan berarti mencari pesugihan lho ya). Seperti ketika datang kesana, terlihat beberapa orang yang sedang melakukan kegiatan ibadah, berdzikir, menenangkan diri dengan melihat lautan luas, dan lain-lain.
Ketika bertanya sama simbah tadi berapa lama orang-orang ini di tempat ini, agak terperanjat juga. Kata simbah, "ingkang wonten mriki niku nggeh dho nginep mas, wonten sek kaleh wulan, tigang wulan. Nggeh niku wau kagem nyenyuwun kelancaran rezeki marang Gusti mas" yang artinya kayak gini nih "yang disini tu ya menginap mas, ada yang dua bulan, tiga bulan. Ya itu tadi buat minta kelancaran rezeki kepada Tuhan mas". Dalam hati kaget juga, sampe di rela-relain nginep bulanan gitu, tapi ya namanya juga kepercayaan masing-masing, apa boleh buat...
Terus di sini juga ada warung lho... Tak lain penjualnya ya simbah itu tadi, tapi jangan kaget dengan harganya. Kami saja yang cuma memesan empat gelas teh saja harganya Rp 15.000,-. Tapi untuk tempat sesulit itu harga yang wajarlah sih sebenarnya, apalagi itu bukan cuma empat gelas, melainkan 1 teko!!!
Kalau anda berminat memasuki goa, pemandangan yang di suguhkan yaitu "gelap gulita". Karena di goa ini tidak ada yang namanya listrik maupun lampu penerangan. Di dalam goa juga tercium bau menyengat dupa dan bunga-bunga'an bekas sesaji para pertapa. Yang agak membikin terkesan sih adanya stalagmit yang bergemerlapan bagaikan kilauan permata.
Mencari Lokasi ke TKP paling gampang.
Kalau anda ke Pantai Parangtritis, coba anda menyusuri pesisir pantai sampai ujung sebelah timur, sesampainya disana pasti anda akan melihat sebuah pendopo kecil beratap warna biru di atas karang. Di situlah letak Goa Langse yang akses jalannya sangat ekstrem tersebut.
Akses jalannya?
Jika anda dari kota Yogyakarta, anda langsung saja menuju ke Pantai Parangtritis. Nah, ketika anda memasuki TPR Pantai Parangtritis anda lurus saja mengikuti jalan aspal sampai naik ke perbukitan. Saat anda naik ke perbukitan tersebut, sering-seringlah menengok kanan jalan, nantinya akan ada papan petunjuk yang bertuliskan "Landas Paralayang". Ikuti jalan tersebut sampai di parkiran Landas Paralayang, nah dari sini anda tinggal pilih saja, mau jalan kaki atau naik kendaraan.
Jika anda mau naik kendaraan, silahkan cek dulu kesehatan kendaraan anda (dan juga bahan bakarnya), karena akses jalan untuk menuju parkiran Goa Langse tersebut masih berbatu-batu dan juga selama perjalanan nanti tidak ada tu yang namanya bengkel ataupun tukang tambal ban. Jadi bersiap-siap aja nuntun kalau nantinya ada apa-apa.
Kalau anda mau jalan kaki, bersiaplah membawa bekal yang cukup. Sebenarnya sih perjalanan untuk sampai ke tempat pengisian buku tamu hanya sejauh 750 meter saja, nantinya anda akan menyusuri jalan setapak di antara rerimbunan ladang yang lumayan bikin fresh isi kepala. Tapi kenapa saya menganjurkan untuk membawa bekal? Anda kan jalan kaki menuju tempat buku tamu tersebut, lha nantinya anda harus turun tebing yang bakal sangat-sangat menguras tenaga, belum lagi nanti naiknya lagi, belum nanti perjalanan pulang dari tempat pengisian buku tamu sampai parkiran Landas Paralayang. Jauh juga kan? makanya lebih baik anda mempersiapkan bekal yang cukup buat perjalanan nanti...
Oh iya, sebelum menuju ke goa, anda akan diminta mengisi buku tamu dan memberi donasi bagi perawatan goa. Kalau pas kesana sih kami di mintai Rp 5000,-/orangnya. Angka yang cukup wajarlah untuk pengalaman yang seru kayak gitu. Tapi kalau sekarang entahlah...
Gunungkidul memang kental dengan mitos. Ribuan tempat yang dipercaya memiliki nilai spiritualitas tersebar di banyak tempat. Lagi-lagi karena daerah ini memiliki sejarah panjang dan hubungan dengan banyak kerajaan seperti Majapahit dan Mataram yang menjadikan mitos itu begitu kuat. Lagi-lagi ini mitos. Ada yang meyakini ada yang tidak.
Suasana pantai, panorama laut selatan dan sunset menambah keindahan pemandangan di sekitar gua yang amat luas ini. Dipenuhi stalaktit dan stalakmit, sungai bawah tanah yang sangat licin, serta sebuah sumur berair tawar. Gua Langse merupakan tempat ziarah atau wisata rohani dan dibuka untuk umum sejak tahun 1948. Panembahan Senopati melakukan tirakat selama 40 hari di gua ini memohon tambahan kekuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum memulai membuka Alas Mentaok yang akan digunakan sebagai ibukota Kerajaan Mataram. Gua Langse pernah juga dipakai tirakatan oleh Sunan Kalijaga, Syekh Siti Jenar, Raja-raja Mataram, Pangeran Diponegoro, bahkan Presidan RI Soekarno, Soeharto dan Jendral Sudirman. Gua Langse berada di sebelah tenggara pantai Parangtritis dan Pantai Parangndok. Akses menuju lokasi cukup jelas ketika berada di Pantai Parangtritis atau Gardu Pandang Parangndok karena sudah ada plang yang mengarahkan perjalanan. Kedalaman Goa Langse ini sekitar 100-200 meter dengan dua ruangan utama, di dalam goa terdapat tempat ritual. Pelaku spiritual yang sungguh-sungguh bersamadi di ruang dalam yang gelap gulita. Sedangkan para pemula bisa tetirah di dekat dengan mulut goa atau di sebuah bangunan yang lokasi tidak jauh dari lokasi goa yang dibangun oleh kelompok Penghayat Kepercayaan Purnomo Sidi dari Kedunglumbu Surakarta. Gua Langse ini dulu juga merupakan tempat bersarangnya Burung Walet, namun sekarang burung-burung itu sudah tidak ada lagi di tempat ini. Dengan ketinggian tebing nyaris tegak lurus, perjalanan menuju wisata Goa Langse menjadi tantangan tersendiri. Jalan menuju ke kaki tebing tempat gua berada berupa campuran antara tangga, akar dan tonjolan bebatuan. Di dalam goa terdapat peraturan dilarang berbicara, memotret dan menghidupkan cahaya, khususnya di ruangan semedi.
Kondisi goa bagian depan, lembab tetapi tidak terlalu gelap karena mulut goa cukup besar, jadi memungkinkan cahaya matahari masuk.
Sesampainya di goa, pengunjung bisa mandi di salah satu bilik. Air yang dipakai mandi berasal dari mata air yang keluar dari dalam gua. Airnya yang dingin dan tawar serta mengandung kadar kapur tinggi bisa menghilangkan kelelahan akibat perjalanan menuju goa. Selesai mandi, barulah Anda dipersilakan untuk bersemedi. Kesunyian di dalam goa sangat membantu untuk memusatkan pikiran. Suara yang terdengar hanyalah debur ombak pantai selatan.
Kisah Misteri Dipaksa Kawin dengan Putri Penunggu Goa Langse
Tersebutlah nama Gino. gara-gara suka judi dan main perempuan, pria asal Bantul, Yogyakarta ini usahanya bangkrut.
Karena perilaku suaminya yang sudah keterlaluan Marni, istri Gino, memilih kembali ke rumah orang tuanya dengan memboyong anak mereka yang masih balita. ”Aku tak tahan hidup serumah dengan penjudi dan suka selingkuh. Lebih baik aku kembali ke rumah orang tuaku.” Demikian salah sebagian isi surat Marni yang ditinggalkannya di meja makan.
Ketika membaca surat ini, batin Gino tergetar. Dia merasa sangat kehilangan marni dan anaknya yang sedang lucu-lucunya itu. Gino ingin menjemput Marni dan anaknya. Namun, dia belum punya nyali untuk menyusul istrinya ke rumah mertuanya di Plered, . Apalagi keadaan dirinya sekarang sudah boleh dikatakan bangkrut total. Mobil dan barang-barang berharga yang dulu dipunyainya telah habis terjual untuk membayar utang-utangnya. Bahkan sertifikat tanahnya juga telah digadaikan, itu saja belum bisa melunasi semua utangnya. Ini semua karena kebiasaan buruk yang senang menghambur-hamburkan uang di meja judi dan main perempuan jalang.
“Aku ingin menyepi di Goa Langse untuk menenangkan diri dulu. Mudah-mudahan bisa kutemukan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang membelitku sekarang ini,” kata Gino pada Wahyu, sahabatnya.
Mendengar niatan sahabatnya ini Wahyu hanya mengangguk-anggukan kepalanya, karena sebagai pegawai negeri sipil golongan IIA tentu dia tidak bisa banyak membantu persoalan yang membelit kehidupan Gino. Bahkan, untuk menghidupi keluarganya sehari-hari saja boleh dikatakan sudah sangat pas-pasan.
Bagaimana dengan kisah Gino selanjutnya?
“Hati-hati ya, Gin. Jangan berbuat macam-macam apalagi mau bunuh diri!” pesan Wahyu saat mengantarkan Gino menuju tebing menuju Goa Langse. Wahyu merasa ngeri saat dari tebing dengan ketinggian 400 meter dan nyaris tegak lurus itu, Gino mulai menuruni tangga bambu menuju goa. Di kanan kirinya tampak banyak akar dan batuan yang menonjol, sedangkan di bawah batu-batu cadas ada ombak laut selatan yang ganas, siap melahap mereka yang karena kurang hati-jhati dalam meniti tangga dari bambu itu, lalu terlempar oleh gravitasi bumi.
Namun, tampaknya Gino sudah mantap hatinya. Dia ingin mencari ketenangan di goa itu. Sampai kapan dia akan melakukan ini, dia sendiri tak tahu. Bahkan, dalam hati dia berjanji, kalau belum merasa tenang, dia akan terus bertapa.
Gino selamat meniti tangga bambu itu. Setelah makan dan minum sebagian bekal yang dia bawa dari rumah, dia kemudian menuju telaga yang ada di ujung goa. Selain untuk mencuci tangan, dia ingin membasuhi muka dan mengguyuri rambutnya dengan air dari mata air yang juga dikeramatkan tersebut. Rasanya segar.
Setelah itu dia mencari tempat untuk menyepi.
Saat mengawali bertapa, dia masih mendengar gelegar ombak Laut Selatan yang menghantam tebing. Demikian pula dengan cericit burung yang banyak beterbangan di sekitarnya. Namun, pelan tapi pasti, suara-suara itu seperti menghilang. Dan dalam bayangannya dia seperti mengembara di padang luas yang tandus, seolah tak ada kehidupan di padang yang sangat luas tersebut.
Dalam pengembaraan di padang tandus ini Gino merasa sangat lelah dan kehausan. Namun Gino tak melihat ada telaga atau tempat yang subur yang bisa menjadi tempat untuk sekadar berteduh.
”Akankah aku akan tersesat dan mati di tengah padang misterius ini?” tanyanya dalam hati.
Dengan sempoyongan dia terus berjalan, menapaki tanah berbatu padas yang keras. Dan setelah nyaris mati, akhirnya dia menemukan satu tanah yang subur. Dia juga melihat ada telaga dan rumah mungil di situ.
Gino ingin minum dan membasuh mukanya dengan air telaga. Namun setiap kedua tangannya mengambil air, suatu keanehan terjadi. Air yang tadinya jernih itu berubah merah darah dan berbau anyir. Gino putus asa. Namun, dia hanya bisa menangis sesunggukan.
“Nakmas kehausan ya?” tiba-tiba ada seseorang yang bertanya.
Ketika Gino mengangkat wajahnya, dia melihat ada lelaki tua berambut putih semua telah berdiri di dekatnya. Aneh, seketika itu rasa hausnya jadi hilang.
“Siapakah Kakek ini sebenarnya?” tanya Gino. Dia heran karena lelaki tua itu berpakaian seperti orang yang hidup di zaman Majapahit, dengan rambut digelung dan berkain lurik.
“Nanti Nakmas akan tahu sendiri!” senyum si kakek. “Kalau ingin istirahat Nakmas bisa mampir di rumah saya. Mari, silakan!” katanya memberi tawaran menarik bagi Gino.
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Gino pun menyambut tawaran si kakek. Anehnya, orang tua ini ternyata tidak tinggal sendirian, karena di rumah yang mungil itu juga tinggal dua orang perempuan, yang satu sudah tua dan tampaknya isteri dari si kakek misterius, sedangkan yang satunya muda. Pastilah anak atau cucunya. Gadis belia ini tampak cantik walau berpakaian gaya masa lampau, dengan kebaya warna hijau pupus.
Wanita muda itu tersenyum saat melihat si kakek datang dengan seorang lelaki muda. Gino membalas senyum itu meski masih merasa heran.
“Dia Suli, anakku, Nakmas!”.si kakek memperkenalkan anaknya. Sementara itu, Suli hanya tersipu ketika bapaknya mengenalkan dirinya pada sang tamu.
Walau semula hanya biasa saja terhadap gadis itu, namun lambar laun Gino seperti tersihir dengan kecantikan Suli. Rupanya, hal ini disadari benar oleh orang tua gadis tersebut.
“Nakmas, kami memang sengaja membawamu ke sini karena kami ingin mengambil Nakmas sebagai menantu, ” kata si kakek.
Gino kaget melihatnya. Memang kalau dilihat kecantikannya, sebagai lelaki dia sangat terpesona pada kecantikan Suli. Namun, di saat yang sama, dia juga teringat pada isteri dan anaknya yang masih balita.
“Kalau Nakmas sudah beristeri, Suli juga bisa dijadikan isteri kedua.Lelaki kan bisa beristeri sampai empat,” kata si kakek lagi seolah dapat membaca kegundahan hati Gino. “Kamu mau kan Suli jadi istri kedua?” tanyanya pula kepada anak gadisnya. Suli tampak tersipu-sipu.
“Kalau saya sih terserah Rama saja!” jawabnya sambil senyum.
Namun, Gino masih berat hatinya, karena dia sangat mencintai Marni, isterinya, yang sedang mutung itu. Selain itu juga dia merasa belum memberikan kasih sayang secara utuh pada isteri dan anak semata wayangnya. Selama ini dia terlalu asyik masyuk dengan judi dan main perempuan. Dan dia tak ingin melukai hati istrinya lebih dalam lagi.
“Apakah Nakmas melihat Suli kurang cantik?” tanya si kakek melihat Gino hanya diam membisu.
Lelaki yang pernah mengenyam kesuksesn di bisnis jual beli kendaraan bekas ini hanya menggeleng, tak tahu harus menjawab apa. Kalau melihat kecantikan Suli, memang lelaki mana yang tidak akan tergoda. Namun kalau ingat isteri dan anaknya yang telah lama dia sia-siakan, Gino merasa alangkah kejamnya kalau dia yang selama ini belum pernah membahagiakan mereka, lalu mengkhianati mereka dengan memperistri Suli.
“Apakah Nakmas harus saya paksa untuk menerima tawaran baik ini?” si kakek tiba-tiba bertanya dengan nada keras. Karuan, Gino terkejut melihat perubahan sikapnya.
“Ingat, sekarang Nakmas berasa di alam lain, dan tidak akan kembali ke dunia nyata. Aku yang akan menghalanginya!” tiba-tiba laki-laki tua yang masih tampak gagah itu mengancam. Dia juga mengeluarkan pecutnya yang ketika dihantamkan ke tanah mampu membuat batu padas berkeping-keping. Suara pecut ini begitu menggelegar, serta mengeluarkan percikan api. Gino ketakutan. Keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuhnya.
“Astaghfirulah!” tak sadar Gino beristighfar. Memang, jauh sebelum menjadi penjudi dan main perempuan, Gino sebenarnya termasuk ahli sembahyang. Dulu dia hidup di tengah keluarga santri.Hanya karena salah dalam pergaulan saja dia menjadi mursal dan melupakan ajaran-ajaran agama yang sedari kecil sampai remaja dia tekuni.
Anehnya, mendengar kalimat Istighfar dari mulut Gino, lelaki tua itu seperti dihantam pukulan keras sehingga membuatnya terlempar jauh. Yang tak kalah mengherankan, lelaki itu wujudnya berubah mengerikan. Demikian juga halnya dengan Suli. Wajahnya yang semula cantik itu tiba-tiba berubah menyeramkan.
“Kau memang harus kupaksa agar jadi penghuni tempat ini bersama kami!” Mahkluk berwajah bengis itu terus merangsek Gino.
Dengan penuh kepasrahan diri, Gino pun terus menggumamkan wiridnya. Bahkan dia juga menambahi dengan membaca ayat Kursi.
Apa yang kemudian terjadi?
Demi mendengar ayat suci Al Quran dari mulut Gino, mahluk-mahluk misterius yang menakutkan semakin kalang kabut. Bahkan kemudian hancur berkeping-keping.
“Alhamdulillah!” cetus Gino spontan. Aneh, ketika ucapan syukur itu diucapkan , maka secara berbarengan dia telah berada di atas tempat tidur. Yang membuat kaget, di sekelilingnya juga ada Marni, isterinya, mertuanya, juga Wahyu, sahabatnya. Masih banyak lagi orang-orang yang tidak dikenalinya ada di sana.
“Kamu sudah sadar, Anakku!” bisik seorang kakek, tapi bukan kakek yang dia temui di padang misterius itu. Orang tua ini ternyata sesepuh masyarakat yang tinggal di kawasan Parangtritis. Dia juga yang kemudian menerangkan kalau dirinya telah ditemukan oleh peziarah lain tak sadar diri tak jauh dari lokasi Goa Langse.
“Tampaknya kamu nyaris kalap dibawa oleh mahluk alam lain yang menunggui Goa Langse. Untung kamu masih bisa melawan kekuatan mereka. Andaikata kamu mau diambil menantu penunggu goa itu, tentu kamu sudah tidak berada di sini,” papar sesepuh itu setelah mendengar cerita dari Gino ketika tersesat di padang luas misterius, yang ternyata berada di alam gaib itu.
Gino sendiri juga bingung kenapa bisa sampai seperti itu kejadiannya. Bukankah semula niatnya hanya ingin menenangkan diri, melepaskan diri dari kesumpekan? Padajal, dia juga merasa tidak ke mana-mana. Hanya berdiam mengheningkan cipta, tak pernah beranjak dari batu yang menjadi tempatnya duduk bersila itu.
Setelah mengalami kejadian ini, Gino berubah menjadi lelaki yang bertanggung jawab. Dia tidak pernah lagi berjudi, apalagi main perempuan. Hubungan dengan isterinya juga semakin mesra, dan tampaknya telah menuju keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Bahkan, Gino sekarang telah menjadi pengurus takmir masjid di kampungnya.

7 comments:

  1. Mohon kontak juru kunci di gua langse

    ReplyDelete
  2. Prediksi Togel HK Mbah Bonar 4 November 2019 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu Disini Gabung sekarang dan Menangkan Ratusan Juta Rupiah !!!

    ReplyDelete
  3. Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 23 Maret 2020 <a href="https://indextogel.org/prediksi-togel/prediksi-togel-sgp-mbah-bonar-23-maret-2020/ > Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini </a> Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!

    ReplyDelete
  4. Gabung Bersama kami di Betpulsa,net
    Situs Paling Terpercaya Betpulsa
    Menangkan Bonus Jutaan Rupiah Setiap Harinya
    Jaminan Kemenangan Bergaransi

    Games Yang Tersedia Antara Lain :
    * SPORTSBOOK
    * POKER
    * LIVE CASINO
    * IDN LIVE
    * BLACK JACK
    * SLOT ONLINE
    * SABUNG AYAM S128

    Promo di Betpulsa :
    * Min Depo 25 K
    * Min WD - 50 K
    * Bonus New Member 15%
    * Next Deposit 10%
    * Bonus Harian 5%
    Dan Masih Banyak Bonus Lainnya
    * Deposit Via Pulsa Tanpa Potongan Rate 100%
    * Deposit dan Withdraw 24 jam Non stop ( Kecuali Bank offline / gangguan )
    * Proses Deposit & Withdraw Tercepat
    * Livechat 24 Jam Online
    * Untuk Info Lebih Lanjut Bisa Hubungi CS Kami

    ## Contact_us ##
    WHATSAPP : 0822 7636 3934

    ReplyDelete
  5. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete