GOA AKBAR TUBAN - SEJARAH, CERITA, LEGENDA & MITOS

Wednesday 30 March 2016

GOA AKBAR TUBAN

“Allahu Akbar,” kata Sunan Bonang, begitu melihat Goa Akbar, Tuban, +/-500 tahun lalu. Sejak saat itulah, goa yang terletak di tengah Kota Tuban itu disebut Goa Akbar. Adanya pohon Abar, yaitu pohon yang hidup di dekat pintu masuk goa juga menyebabkan sejak dulu masyarakat setempat menyebutnya Goa Abar atau Ngabar. Kata “Akbar” itu kini dipergunakan Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar menjadi akronim dari Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.
Namun, ada juga sumber yang menyebutkan kebalikannya, akronim itu muncul terlebih dahulu, baru setelah mulai dipugar tahun 1996, goa itu diberi nama Goa Akbar. Goa Akbar memiliki berbagai nilai religius. Diceritakan, kedatangan Sunan Bonang melihat Goa Akbar itu karena ia diajak oleh Sunan Kalijogo yang pada saat itu masih bernama RM Sahid.
Menurut cerita di relief tempat wisata Goa Akbar yang dipugar tahun 1996, RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama Wilwotikto diusir dari rumah karena berkelakuan buruk, dan disebut dengan nama Brandal Lokojoyo. Dalam pertemuannya dengan Sunan Bonang di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan bahwa rumahnya di goa.
Alkisah, setelah diusir dari rumah, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar. Perjalanan religi RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian membawanya ke jalan yang benar, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo. Beberapa tempat di Goa Akbar dipercaya sebagai tempat Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang pernah bertapa. Seperti ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi, yaitu tempat pintu yang dirahasiakan.
Ceruk ini sangat kecil pintunya. Untuk masuk ke dalamnya, orang dewasa harus merangkak atau sekurangnya membungkuk. Oleh masyarakat sekitar dipercaya prosesi membungkuk ini memiliki makna filosofis yang tinggi. Seperti yang disampaikan M Muchlish, koordinator pemandu wisata Goa Akbar: “Kalau para wali mau, tentu mudah memperlebar pintu masuknya. Tetapi, dengan harus membungkuk itu, kita diingatkan bahwa di depan mata Allah semua harus merendahkan diri.”
***
GOA yang terletak di belakang Pasar Baru Tuban ini juga memiliki banyak legenda yang dipadukan dengan kepercayaan dan perkiraan sejarah. Seperti dua buah batu di mushala di sisi kiri pintu keluar goa. Jika agak diperhatikan, kedua patung ini mirip dengan bentuk singa. “Dipercaya, kedua singa ini diperintahkan untuk menjaga goa,” kata Muchlish yang pernah menjadi anggota DPRD Tuban ini. Sebuah ruang yang sangat luas di dalam goa disebut sebagai Paseban Para Wali, yaitu tempat para wali menyampaikan ajarannya. Menurut Muchlish, di tempat itu ke-9 wali pernah berkumpul.
Hal ini harus ditelaah lebih lanjut, mengingat Wali Songo hidup tidak persis pada zaman yang sama. Namun demikian, Paseban Para Wali itu memang mirip ruang pertemuan. Adanya lubang-lubang di langit-langit goa hingga cahaya matahari masuk dalam bentuk jalur cahaya yang jelas. Stalaktit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan. Itu ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Sementara itu, ratusan kelelawar bertengger di langit-langit Paseban Para Wali. Sebuah batu yang disebut Gamping Watu Nogo dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo. Di bawah batu yang menjorok ke depan itu terdapat kolam. Muchlish menyatakan, terkadang kolam itu bergolak dan mengeluarkan asap, seakan ada dua ekor naga di dalamnya. Di pojok mushala yang sudah menghadap ke arah kiblat tersebut, juga terdapat sebuah ceruk yang diberi lampu berwarna merah.
Menurut cerita, salah satu sunan yang juga bertapa di Goa Akbar, Sunan Bejagung, sering “hilang” dengan menggunakan ceruk itu. Menurut cerita rakyat, Sunan Bejagung awalnya adalah petani biasa yang menanam jagung. Tetapi, ia memiliki kesaktian yang luar biasa. Tiap-tiap siang ia “hilang”. Diduga, pada saat “hilangnya” itu ia telah berada di Mekah untuk membantu menyalakan pelita. “Mungkin cerita itu susah dipercaya, tetapi namanya juga kepercayaan,” katanya.
Goa ini juga memiliki sumber air alami. Sumber air yang diberi nama Kedung Tirta Agung tersebut, menurut Muchlish, baru airnya deras setelah tahun 1999, ketika bupati mengadakan syukuran di dekat sumber mata air tersebut. Dengan menggunakan ayam hitam, di malam takbiran, air pun mengucur deras. Hingga kini, air tersebut dipandang memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun untuk kekuatan. “Pernah ada padepokan silat dari Pati datang ke sini khusus untuk mengambil air Kedung Tirta Agung,” kata Muchlish.
***
MASIH banyak lorong yang belum dieksplorasi di Goa Akbar ini. Wajar saja jika Tuban digelari Kota Goa. Apalagi dengan struktur tanah yang banyak mengandung kapur, tidak heran juga jika goa-goa di Tuban ini memiliki stalaktit dan stalagmit yang indah. Belum dieksplorasinya lorong-lorong di Goa Akbar ini juga menyisakan cerita tersendiri.
Seperti Lorong Hawan Samudra. Lorong ini dipercaya berakhir di Pantai Utara Tuban. Kira-kira 500-800 meter setelah memasuki lorong ini, akan ditemukan air. Menurut cerita, lorong itulah yang digunakan untuk mengejar musuh kerajaan yang lari ke laut. Sementara lorong lainnya berujung pada Goa Ngerong di Kecamatan Rengel.
Legenda ini bisa saja memiliki nilai kebenaran, mengingat ditemukannya Prasasti Malenga dan Prasasti Banjaran yang bertahun 1052. Kedua prasasti itu ditemukan di Rengel, dan karena itu diduga Rengel sempat menjadi pusat pemerintahan saat itu. Sebuah lorong juga dianggap berhubungan dengan sumber air Bektiharjo, yaitu tempat yang menurut buku 700 Tahun Tuban yang disusun oleh R Soeparmo, adalah salah satu tempat asal usul Tuban. Yaitu ketika Raden Arya Dandang Miring membuka hutan bernama Papringan dan keluar air, sehingga disebut Tuban, atau Metu Banyu.
***
MENURUT penelitian arkeologi, diperkirakan Goa Akbar sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Ditemukannya fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding goa itu menguatkan posisi Goa Akbar sebagai goa fosil.
Hingga kini, fosil-fosil di batu tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang karena memang tampak jelas. Sebagai tempat wisata, pengelolaan Goa Akbar cukup dapat diacungi jempol. Sejak dari atas, sudah tampak keseriusan dari pihak pengelola.
Di dalam goa juga disediakan jalur dari paving block yang dibatasi oleh pagar kuning agar pengunjung tidak sampai mengeksplorasi sendiri. Di berbagai tempat dipasang lampu-lampu warna-warni yang walau kurang bisa menunjukkan tekstur goa, namun cukup membuat suasana nyaman.
Jika diurut-urutkan dari berbagai legenda, sejarah, dan kepercayaan itu, seakan-akan Goa Akbar adalah titik utama Kota Tuban. Jarang memang sebuah goa berada di tengah kota. Dan dengan adanya cabang-cabang yang berhubungan dengan beragam fakta lain, kedudukan Goa Akbar mungkin dapat ditinjau tidak hanya lewat sisi arkeologi saja.
Namun, di balik berbagai cerita-cerita yang merupakan percampuran dari berbagai legenda dan kepercayaan itu, Goa Akbar tetap merupakan tempat yang sangat penting. Di samping sebagai tempat wisata, goa ini juga memiliki arti bagi ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi, maupun ziarah agama. Jangan sampai goa ini bernasib sama dengan tempat-tempat bersejarah lain yang penuh dengan grafiti modern, atau coretan-coretan tangan
Wisata alam Goa Akbar terletak di Jalan Gajah Mada Tuban, Jawa timur. Tidak sulit untuk menemukan Goa Akbar karena letaknya di jalur utama dari Surabaya menuju Semarang. Apalagi berlokasi tepat di belakang pasar baru Tuban.
Luas tempat lokasi wisata alam ini sekitar 1 hektar dan baru dikelola dengan serius oleh pemerintah daerah Tuban sejak tahun 1998. Sebelumnya, dibiarkan terbengkalai dan banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan goa tersebut, yang konon merupakan tempat persembunyian brandal Lokajaya yang kemudian dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Saat ini Goa Akbar menjadi wisata andalan kota Tuban yang dipercantik dengan beberapa fasilitas pendukung agar wisatawan nyaman berkunjung untuk menikmati suasana Goa yang menakjubkan. Dekorasi gua yang dibantu dengan lampu hias menyuguhkan dimensi bebatuan yang mengagumkan. Pelataran dan jalur menuju goa telah paving block dan di beri pagar steinless steel sebagai pagar pembatas dan keselamatan pengunjung.

Kisah lain yang serupa...

Ada beberapa versi yang berkaitan dengan nama Goa Akbar ini. Dahulu di sekitar goa banyak dijumpai pohon Ngabar (Abar) yang dalam bahasa Jawa berarti latihan. Goa ini menjadi tempat latihan prajurit Ronggolawe, yang berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit karena ketidakpuasan atas pelantikan Nambi sebagai Maha Patih Majapahit. Akhirnya masyarakat setempat menamakan tempat ini menjadi Dusun Ngabar yang sekarang masuk wilayah Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Dalam segi eksotisme sudah jelas Goa Akbar merupakan GOA alam atau alami terbentuk oleh alam atas kuasa sang pencipta. Didalamnya terdapat stalaktit dan stalagmit yang masih aktif meneteskan air serta unik dipandang mata.
Dalam segi budaya serta sejarahnya bisa anda jumpai waktu pertama kali memasuki area wisata ini. Sebelum anda masuk kedalam mulut Goa Akbar anda akan disuguhkan relief-relif disepanjang dinding yang menceritakan sejarah tuban, sejarah penyebaran agama dituban, serta budaya dituban. Selain itu juga terdapat patung-patung yang bernilai sejarah. Dikatakan juga tokoh yang sangat berperan dalam sejarah dikota tuban juga bernah tinggal di dalam Goa Akbar ini yaitu “Brandal Loko Joyo” yang namanya saat ini digunakan sebagai nama stadion di kota tuban yaitu “Stadion Loka Jaya ”.
Dalam Segi agama jelas sekali kota tuban saat ini menyandang gelar kota wali. Tak lepas dari tempat wisata Goa Akbar ini dulunya juga dikatan sebagai tempat bertapa diantara wali songo yaitu sunan bonan bonang dan sunan kalijogo yang konon pernah bersemedi didalam Goa Akbar yang sampai saat ini kamar dan batu bekas semedi atau bertapa masih terbukti ada. Selain dua wali tersebut dikatakan juga ke sembilan wali yang menyebarkan agama islam ditanah jawa yang sering disebut wali 9 juga pernah melakukan pertemuan didalam GOA tersebut dengan bukti terdapat ruang pertemuan dengan batu mimbar yang seolah memang mirip podium dan tempat rapat didalam GOA tersebut.
Dalam Segi Modernitas Goa akbar ini ternyata terletak ditengah kota tepatnya dibelakang pasar baru tuban. Yang kita ketahui bahwa GOA biasanya terdapat disekitar bukit maupun ditengah hutan pelosok, ternyata goa akbar ini unik terletak di tengah-tengah keramaian. Sehingga efek moderenitas saat ini terasa. pengunjung wisata goa tersebut bukan hanya seorang petualang, pendaki, atau pecinta alam yang suka akan eksotisme alam berupa GOA, tetapi semua kalangan bisa menikmati wisata Goa yang ada ditengah kota tuban ini. Berhubung letak Goa akbar akbar ini cukup dekat hanya beberapa meter dari tempat mobil parkir rombongan wisata religi wali songo yang singgah ke makam sunan bonang, biasanya wisata Goa akbar dijadikan satu paket untuk dikunjungi .

Tidak seperti layaknya goa alam lain yang berlokasi di tempat terpencil, Goa Akbar yang merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Tuban berada tepat di bawah pasar rakyat. Keunikan goa dan muatan sejarah yang terkandung di dalamnya, menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke tempat wisata ini. Di goa dengan lintasan sepanjang 1,2 kilometer itu, pengunjung akan mendapatkan suasana yang sangat berbeda.
Mushola Goa Akbar
Pada sisi lain dari dalam gua terdapat sebuah ruangan yang bisa digunakan oleh pengunjung yang beragam islam untuk melakukan ibadah sholat. Bagian ini memiliki lantai dasar gua yang telah dilapis keramik warna putih dan hitam sebagai penanda barisan sholat.
Ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Legenda yang terkandung dalam goa itu pun berpadu dengan kepercayaan dan perkiraan sejarah. Seperti tempat yang terdapat di depan musholla dalam goa dimana terdapat ruang yang sangat luas. Tempat ini dikenal sebagai Paseban Wali yang dipercaya dulunya digunakan oleh para walisongo untuk berkumpul dan menyampaikan fatwa dan ajaran agama Islam. Ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Ada pula batu yang disebut Gamping Watu Nogo yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Sunan Kalijogo.
wallahualam bishshawab...

1 comment: