Alas Roban Kabupaten Batang - SEJARAH, CERITA, LEGENDA & MITOS

Saturday, 12 March 2016

Alas Roban Kabupaten Batang

Alas Roban, hutan kecil di sebuah Kecamatan Gringsing, kecamatan yang terletak paling timur di Kabupaten Batang - Jawa Tengah. Jalanan yang begitu menanjak dan berkelok di sebuah bukit dengan rindangnya pepohonan jati berukuran besar. Jalur yang dikenal angker karena banyak kejadian yang tak lazim dan banyaknya kecelakaan. Di jalur lama (tengah) terdapat tugu keselamatan. Tak jauh dari itu terdapat makam petilasan Syekh Jangkung yang dulu pernah berkuasa di daerah itu, namun nisan untuk memperingatinya tumbang di dekat salah satu pohon jati yang cukup besar.
Roban berasal dari kata ‘rob’ yang berarti air naik, kata ini sangat dikenal oleh masyarakat pesisiran. Kampung Roban sendiri ada di Kecamatan Subah. Roban berada di daerah pantai Laut Jawa. Suasana tempat ini hingga sekarang masih saja diselimuti hawa mistik yang kental. Perkampungan Roban dahulu dikenal dengan Roban Siluman. Konon pada waktu yang telah lampau, masyarakat Roban banyak yang memiliki ilmu tinggi hingga dapat merubah dirinya sebagai buaya. Dari sinilah dikenal siluman buaya yang menjadikan Roban sebagai Roban Siluman.
Namun demikian Alas Roban dan Roban memiliki peran penting jika dilihat dari sejarahnya. Kabupaten Batang dahulu dikenal sebagai kawasan Alas Roban yang masih sepi belum seramai pemukiman penduduk sekarang ini. Alas Roban dikenal dengan tempatnya para siluman, lelembut, dan garong (perampok). Kawasannya terhitung mulai Perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Batang saat ini hingga Kota Pekalongan. Pada jaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram Islam sekitar tahun 1620an, terjadi penolakan paham antara VOC dan Mataram yang sebelumnya menjalin diplomasi dalam kawasan dan penyediaan persenjataan. Sultan Agung bermaksud menggempur VOC yang berada di Batavia. Pasukan yang terlibat dalam penyerangan berasal dari berbagai tempat di Jawa. Untuk dapat mendukung persediaan logistik maka dibangun pos-pos pendukung logistik di berbagai tempat yang salah satunya di Alas Roban. Dalam membangun pos di Alas Roban, Sultan Agung mengutus Ki Bahurekso untuk membuka Alas Roban. Pembukaan konon dimulai dari Kecamatan Subah ke arah barat. Hal ini dimaksudkan untuk membuka lahan yang akan digunakan untuk menanam berbagai macam sumber makanan untuk mendukung kebutuhan logistik. Pada saat berada di Kali Lojahan (Kramat), Bahurekso berencana membuat bendungan. Namun di tempat yang akan di bangun bendungan terdapat kayu besar yang melintang di sungai. Kemudian beliau bertapa pada Malam Jum’at Kliwon untuk mendapatkan bantuan kekuatan. Kemudian kayu dapat diangkat dan dihancurkan, peristiwa ini disebut Ngembat Watang (Mengangkat Kayu) yang kemudian dijadikan nama Batang. Peristiwa pertapaan Ki Bahurekso kemudian diperingati dengan acara Kliwonan yang dilaksanakan setiap Jum’at Kliwon di Alun-Alun Kota Batang.
Pos yang dibangun diperkirakan berada di daerah Balekambang, Gringsing. Di sini terdapat pesanggrahan yang diyakini peninggalan Sultan Mataram. Ditambah dengan adanya patung ular yang mirip dengan Hardowaliko yang dipamerkan di Kraton Mataram Jogjakarta namun tanpa mahkota. Balekambang adalah sebuah bangunan diatas sumber mata air yang muncul dari tanah. Di sekitarnya terdapat rawa yang cukup luas yang kini berubah menjadi persawahan. Dapat dilihat dengan jelas bahwa persawahan di sekitarnya adalah sawah yang berdiri diatas bekas rawa karena tekstur tanahnya. Balekambang kemudian dijadikan sumber irigasi untuk sawah yang luas.
Jalur Tengah (lama) Alas Roban dibangun oleh Belanda, tak jauh dari jalur lama itu terdapat Goa Jepang. Goa Jepang dibangun sekitar tahun 1942 oleh Jepang. Di Batang ditemukan 2 Goa Jepang yaitu di Alas Roban dan Pantai Roban. Goa Jepang di Alas Roban terdapat sekitar 13 mulut goa buatan saat romusha dan 1 goa alami. 1 goa berkedalaman 30 meter lebih, dan 12 lainnya antara 5-20 meter letaknya berjajar di dekat sungai kecil. 1 goa alami terletak di atas bukit. Untuk goa buatan yang berkedalaman 30 meter lebih konon dapat menampung 8 tank ukuran tank saat itu. Sungai kecil yang ada di dekat goa ternyata adalah bekas jalur tank yang menghubungkan jalur lama dengan jalur lingkar yang baru dibangun tahun-tahun lalu.
Goa Pantai Roban dibangun sekitar 1942 dan digunakan hingga tahun 1948 oleh Jepang. Goa Pantai Roban ini terletak didekat Kali Ngodek yang cukup lebar dan berkedalaman 20 meter. Menurut saksi mata dahulu ini dijadikan pelabuhan Jepang saat memperebutkan Indonesia dengan Belanda. Goa tersebut dijadikan persembunyian oleh jepang. Jepang pada tahun 1945 saat kemerdekaan RI belum pergi dari Indonesia, mereka baru pergi dari Indonesia setelah sekutu melepaskan bom atom ke kota Nagasaki dan Hirosima.
Misteri Alas Roban (RUTE PALING MENYERAMKAN)

Meski terkenal sebagai kawasan hutan jati ‘spooky' di Jawa Tengah , tempat ini punya cerita tersendiri . Khususnya di ‘zaman silam', ketika ruas baru Alas Roban yang dibangun Pemerintah Indonesia belum ada. Semua jenis kendaraan, mulai bus umum, truk sampai kendaraan pribadi harus melintasi rute ini.
Salah satu kebiasaan yang dilakukan orangtua saya ketika kami -putra-putrinya-masih kecil adalah berwisata dengan mobil pribadi dari Jawa Timur ke Jawa Tengah saat liburan sekolah anak-anak. Dan itu artinya melintasi rute sepanjang Pantura dari Surabaya sampai Semarang, ditambah Jogjakarta, Solo sampai Temanggung dan Parakan.
Salah satu rute favorit kami sebagai anak-anak di bawah limabelas tahun adalah Alas Roban, lengkap dengan segala kisah ‘spooky' yang dimilikinya. Seperti kondisinya sebagai bagian dari Grote Postweg, jalanan licin tanpa penerangan di malam hari dengan lintasan berliku-liku alias meliuk-liuk yang bisa bikin perut mual, sampai begal atau rampok yang menunggu di tempat-tempat strategis.
Termasuk juga ‘wingitnya' atau seramnya si hutan sendiri dalam deskripsi visual. Sebelum masuk hutan dan sesudah keluar hutan, terdapat begitu banyak resto dan warung makanan. Termasuk sate kambing muda Subali di daerah Subah yang cukup terkenal itu. Tapi begitu masuk hutan sejauh 1 km, tak ada warung apapun yang bisa dijadikan tempat ‘ngiras' atau mengudap makanan.
Jelajah Keangkeran Alas Roban, Batang, Jawa Tengah.
Adakah perjalanan yang lebih menyeramkan yang melebihi perjalanan melewati Alas Roban? Zaman dulu Alas Roban terkenal angker, gung liwang-liwung, gawat keliwat liwat menjadi momok menakutkan bagi masyarakat ataupun sopir ketika melewatinya. Bagaimana dengan sekarang? Misteri apa sebenarnya yang menyelimuti hutan angker ini?
Menuju Alas Roban dari Semarang, bisa ditempuh 2 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Setelah perbatasan Kendal di sebelah barat, alas itu bisa dicapai kira-kira lima belas menit perjalanan.
Ada dua jalur yang harus dipilih ketika sampai di Desa Kutosari. Kalau Anda melewati Alas Roban yang sebenarnya, maka ambil jalur kanan. Dari jalur sebelah kanan ini, jalur lurus yang ditempuh juga akan menemui muara 2 jalur lagi. Nah, jalur yang terkenal menyeramkan adalah jalur yang sebelah kiri.
Sebenarnya, saat ini jalur Alas Roban terbagi menjadi tiga. Jalur yang pertama melewati sisi selatan, dengan jalanan menanjak dengan beton putih. Jalur ini dimulai dari Desa Kutosari seperti yang disebutkan di atas. Jalan ini baru dibangun sekitar tahun 2000-an. Kemudian jalur yang kedua, ini dimulai dari Desa Plelen. Jalur dari Plelen ini bercabang dua. Jalur asli Alas Roban yang terletak di kiri. Sementara jalur yang kanan atau jalur yang ketiga, berada di sisi utara yang dibangun sekitar tahun 1990-an.
Keangkeran Alas Roban memang sudah terkenal sejak dulu. Utamanya ketika dua jalur di sisi selatan dan utara belum dibangun. Setiap pengendara pasti mengalami peristiwa yang berbeda-beda ketika melewatinya. Hal ini karena memang jalanan yang turun-naik, menikung tajam, dengan kiri kanan terdapat tebing atau jurang.
Tetapi bukan itu sebenarnya yang menyeramkan. Dahulu, ketika akan lewat jalur ini akan melewati dua tantangan sekaligus. Tantangan pertama, tantangan yang kelihatan mata, yaitu adanya gerombolan penjahat dan bajing loncat yang siap menggasak barang bawaan apa saja. Dulu, karena rawannya, kendaraan yang melintas malam hari tidak berani. Untuk kendaraan yang datang dari arah timur atau Semarang berhenti di depan Pasar Plelen. Sementara dari arah barat atau Jakarta, istirahat di Banyuputih. Mereka baru berani melintasi jalan Alas Roban ketika pukul 05.00 WIB. Kalaupun ada yang berani melintas malam hari, harus menunggu kendaraan lainnya.
Tantangan yang kedua, tantangan makhluk halus, yaitu gerombalan berbagai makhluk halus yang siap ”menggoda” siapa saja. Godaan antara sopir yang satu dengan yang lain jelas berbeda. Dan godaan ini bisa berakibat fatal karena seringkali terjadi kecelakaan karena si sopir melihat sesuatu penampakan.
Jika menengok ke belakang, jalan raya Alas Roban hanya ada satu, yaitu Jalan Raya Poncowati. Jalan itu dibuat pada era pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36. Dia memerintah antara tahun 1808 hingga 1811. Dan untuk membangun jalan ini, ribuan orang Indonesia meninggal karena tak kuat. Orang-orang Indonesia dipaksa. Orang-orang yang meninggal tersebut kemudian dikubur begitu saja.
Namun demikian, Alas Roban memiliki peran penting jika dilihat dari sejarahnya. Kabupaten Batang dahulu dikenal sebagai kawasan Alas Roban yang masih sepi belum seramai pemukiman penduduk sekarang ini. Alas Roban dikenal dengan tempat para siluman, lelembut, dan garong (perampok). Pada zaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram Islam sekitar tahun 1620-an, terjadi penolakan paham antara VOC dan Mataram yang sebelumnya menjalin diplomasi dalam kawasan dan penyediaan persenjataan.
CERITA MISTERI ALAS ROBAN
Warung Makan Gaib
kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman gaib yg cukup membuat kami sekeluarga trauma & berfikir jutaan kali untuk sembarangan berhenti di jalan utk mengisi perut.
waktu itu saya masih tinggal di secang magelang. kami sekeluarga akan pergi ke jakarta menggunakan kendaraan pribadi. sejak pagi saya & keluarga sudah sibuk prepared & packing. kami sekeluarga berniat akan berlibur sekaligus silaturahmi ke saudara di jakarta, lalu kami berniat berangkat dr magelang sore hari. jadi per jalanan akan lebih santai & bapak berniat menghindari keramaian kl melakukan perjalanan jarak jauh disiang hari.
dan berangkatlah kami sekeluarga dr magelang kira2 jam 4 sore dari magelang, rute yang kami ambil melalui jalur utara. selama perjalanan kami tidak memiliki firasat buruk apapun. Dan perjalanan panjang pun dimulai. Tak terasa hari sudah mulai gelap, dan adzan magrib sudah berkumandang. kami memutuskan utk istirahat sejenak dimasjid sekaligus menunaikan sholat magrib. setelah selesai sholat, kami pun melanjutkan perjalanan. semakin jauh kami melaju semakin larut malam yang menemani perjalanan, yang semula di awal perjalanan, suasana didalam mobil begitu ramai & penuh canda tawa saya dan kedua adik saya, berubah perlahan menjadi suasana sepi. mungkin karena ibu & kedua adik saya sudah tidur terlelap. dan yang masih terjaga saat itu hanya saya dan bapak. jam menunjukan pukul 10.30 malam, kami sudah memasuki area alas roban, jalanan berliku ditengah hutan & tanah alas, jauh dari kehidupan kota. disini suasana sudah mulai mencekam. bapak mengurangi laju kecepatan mobil karena kondisi jalan yg gelap & berliku penuh tanjakan turunan yang kiri dan kanan nya jurang. saya & bapak merasa ada hal yg ganjil & aneh, sejak kami memasuki area alas roban, kami tidak berpapasan dengan kendaran lain seperti bus antar provinsi & kendaraan lainnya , padahal jalur ini termasuk rute yang sering digunakan untuk menuju kota tegal. setelah melaju beberapa saat tiba2 ” Bruaaaaakkkk…!!! ” astagfirullah…mobil yang kami naiki menabrak sesuatu ditengah jalan.
Bapak langsung menepikan mobil kepinggir jalan dan mengambil senter yg ada di dashboard. saya & bapak kemudian turun dari mobil melihat situasi apa yang terjadi. ibu & kedua adik yg terbangun mendengar suara benturan tadi. langsung panik & mau keluar mobil, namun bapak melarangnya dan menyuruh ibu & adik2 tetap didalam.kemudian saya bergegas memeriksa bagian depan mobil & bapak memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil. saya bener2 yakin benturan sekeras tadi seharusnya bisa membuat bamper mobil penyok atau memecahkan lampu kabut mobil, namun setelah saya periksa dengan seksama, tidak ada satu pun goresan di bagian depan mobil, bahkan debu & sedikit lumpur yang menempel pd bamper mobil pun masih utuh tak tersentuh. jujur saya kaget & heran. lalu bapak yang memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil juga tidak menemukan benda yang kami tabrak tadi. kemudian saya memanggil bapak agar ikut memeriksa bagian depan mobil, mungkin dengan mencari berdua bisa menemukan kerusakan mobil akibat benturan keras tadi. kami sudah memeriksa beberapa kali ,setiap sudut bagian depan mobil, tidak ada satupun bekas benturan. lalu, apakah yang kami tabrak tadi? karena kami merasa ada yang tidak beres, saya & bapak lekas masuk kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. kedua adik ku langsung pindah posisi duduk, yang semula duduk di kursi paling belakang pindah ke kursi tengah bersama ibu, dan saya duduk di kursi depan menemani bapak. kami pun terus melaju di kegelapan malam alas roban, jam menunjukan pukul 12 malam. kedua adik ku sudah tertidur lagi, yang terjaga kali ini saya, bapak & ibu. tidak lama kemudia , hujan mulai turun, hujan nya hanya rintik2 namun cukup menggangu pandangan, sampai bapak harus membunyikan klakson disetiap akan memasuki tikungan yang tajam.
saya & ibu sengaja tidak membahas kejadian tadi, agar bapak tetap tenang & bisa berkonsentrasi dijalan. lalu dr kejauhan terlihat ada sepercik cahaya neon, allhamdullilah. sudah terlihat pemukiman, setelah semakin dekat ternyata itu sebuah warung makan pecel lele kecil tepat di sudut tikungan dibawah pohon, untuk menenangkan suasana kami memutuskan untuk singgah sejenak. saya & keluarga turun dr mobil, entah karena mengantuk atau ceroboh, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer area. tertulis disitu kilometer 15. saya & keluarga masuk kedalam warung tersebut. penjualnya menyambut kami dengan ramah tamah, dengan logat khas pekalongan. kami memesan makanan & minuman panas. iseng2 saya bertanya, ” kok jam segini masih buka pak? bapak jual an ny sendirian?” penjual ny menjawab ” iya mas, ini sudah mau tutup kok, eh mas nya dateng, saya jualan sama istri saya. itu istri saya mas,” saya & bapak kaget, sejak kapan ada orang yang berdiri di samping pintu masuk warung. padahal tadi kami masuk lewat arah yang sama dan sekitarnya pohon besar. ya sudah lah, saya tidak terlalu memperdulikannya. karena perhatian saya tertuju pada ayam yang sedang di goreng. he…3x.
kami makan dengan lahap, dan ternyata rasa sambal ny enak, sangat cocok dilidah. sampai saya nambah sambal nya 2x. setelah kenyang menyantap ayam goreng. kami bergegas kembali ke mobil, saat mau masuk mobil, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer 15 tadi. oke saya ceroboh. karena letak pasak itu persis didekat pintu mobil. jadi wajar kl saya terbentur pasak itu. mobil kami pun mulai melaju ditemani hujan rintik2 yang terus menguyur area alas roban. setelah beberapa saat akhirnya kami keluar dr area alas roban dan menuju tegal ,
singkat cerita , kami sudah menyelesaikan liburan kami di jakarta, karena tidak ingin mengalami kejadian seperti kemarin lagi. bapak memutuskan untuk berangkat dari jakarta pagi hari jadi ketika memasuki alas roban lagi, hari masih siang. setelah berjam-jam kami menempuh perjalanan. kami memasuki area alas roban sekitar jam 1 siang. lalu saya penasaran dengan warung pecel lele yang waktu itu kami singgah i. rasa sambal nya enak. namun sayang, warung pecel lele biasa nya buka ketika sore menjelang malam hari. adik saya tiba2 ingin buang air kecil. bapak kemudian menepikan mobil di tikungan jalan yg agak luas. dan menyuruh adik untuk buang air kecil mepet dengan mobil. sambil istirahat sejenak sekaligus menikmati pemandangan alas roban di siang hari, tidak dipungkiri kalau pemandangan alas roban sangat indah. kemudian saya melihat pasak kilometer bertuliskan kilometer 15. saya kaget luar biasa. itu pasak yang membentur kaki ku tempo hari. dan posisi pasak itu persis di tepi jurang. dan seingat ku, posisi warung pecel lele waktu itu kira2 3 meter di belakang pasak tadi. saya langsung memanggil bapak & ibu. dan menujukan pasak tadi dan lokasi warung. setelah diamati, tikungan nya persis seperti waktu itu, ada pohon besar ditepi jalan & pasak bertuliskan kilometer 15, namun 1meter belakang pasak itu sudah jurang yang sangat dalam. kesimpulannya. waktu itu kami sedang makan di pinggir jalan tepat melayang diatas jurang. hanya satu hal yang bisa menjelaskan kejadian tersebut. kami singgah di warung gaib.
Alas Roban, angker dan dikenal tempat pembuangan mayat

2 comments: