SEJARAH PONOROGO - SEJARAH, CERITA, LEGENDA & MITOS

Tuesday 2 January 2018

SEJARAH PONOROGO


BATHORO KATONG MENDIRIKAN KADIPATEN
Menurut Babad Ponorogo (Purwowidjoyo;1997), setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman ( yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman. Sekitar 1482 M eng konsolidasi wilayah mulai di lakukan.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.Dengan persiapan dalam rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
• SEJARAH BERDIRINYA
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Bathoro Katong adalah pendiri Kadipaten Ponorogo yang selanjutnya berkembang menjadi Kabupaten Ponorogo.
• ASAL – USUL NAMA PONOROGO
Mengutip buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997). Diceritakan, bahwa asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana Raga”yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan,j asmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mnempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.
Copyright © 2012 PONOROGO KAB. All
NAMA- NAMA PENJABAT BUPATI PONOROGO
1. RADEN ADIPATI MERTOHADINEGORO 1837-1854
2. RADEN MAS SASROKUSUMA 1854-1856
3. RADEN MAS TUMENGGUNG COKRONEGORO I 1856-1882
4. RADEN MAS COKRONEGORO II 1882-1914
5. RADEN TUMENGGUNG SASROPRAWIRO 1914-1914 ( 7 hari )
6. RADEN MAS COKROHADINEGORO 1914-1916
7. PANGERAN KUSUMO YUDA 1916-1926
8. RADEN TUMENGGUNG SAIM 1926-1934
9. RADEN SUTIKNO 1934-1944
10. RADEN SUSANTO TIRTOPROJO 1944-1945
11. RADEN COKRODIPROJO 1945-1949
12. RADEN PRAYITNO 1949-1951
13. RADEN MOHAMAD MANGUNDIPRAJA 1951-1955
14. RADEN MAHMUD 1955-1958
15. RADEN MAS HARIYOGA 1958-1960
16. RADEN DASUKI PRAWIROWASITO 1960-1967
17. RADEN SUYOSO 1967-1968
18. R. SUDHONO SUKIRDJO 1968-1974
19. SUMADI 1974-1984
20. Drs. SOEBARKAH POETRA HADIWIRJO 1984-1989
21. Drs. GATOT SOEMANI 1989-1994
22. Dr. MARKUM SINGODIMEDJO, MM 1994-2004
23. MURYANTO, SH, MM 2004-2005
24. H. MUHADI SUYONO, SH, M.Si 2005 - 2010
25 H. AMIN, SH 2010- SEKARANG
BABAD PONOROGO
Ketika majapahit masih berkuasa di daerah ponorogo terdapat sebuah kademangan (kalau sekarang di sebut distrik) bernama kademangan kutu atau suru kubeng konon di katakan suru kubeng karena istana kademangan terdapat pohon suruh yang mengelilingi istana bahsa jawanya “suruh mubeng” pohon suruh itu kini masih ada di belakang sdn kutu kulon.
Demang dari kutu adalah ki demang suryo ngalam atau lebih di kenal dengan ki ageng kutu,ki ageng kutu yang bernama asli pujangga anom ketut suryo ngalam adalah seorang pembantu dekat bre kertabumi raja majapahit terakhir dan akhirnya ki ageng kutu memilih ke luar dari kerajaan majapahit karena tidak sejalan dengan bre kertabumi akhirnya membangun peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai lereng barat Gunung Wilis, yang kemudian dikenal dengan nama Wengker (atau Ponorogo saat ini).
Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat basis di Ponorogo inilah yang pada masa selanjutnya dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit. Dan selanjutnya pandangan yang sama dimiliki juga dengan kasultanan Demak, yang nota bene sebagai penerus kejayaan Majapahit walaupun dengan warna Islamnya. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu.
Raja pertama demak raden patah meberikan tugas kepada adiknya batoro katong untuk menaklukan wengker dan di suruh membabad tanah yang bundar seperti batok bertempat di antara sebelah timur gunung lawu dan sebelah barat gunung wilis tempat itu yang kemudian menjadi cikal bakal kabupaten ponorogo.
Di bantu oleh selo aji dan 40 santrinya Raden Katong akhirnya menemukan tempat seperti batok itu,yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Saat Batoro Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Budha, animisme dan dinamisme,setelah di babad banayk sekali penduduk yang terkena penyakit karena daerah itu terkenal angker pada akhirnya batoro katong mampu mengatasinya.
Di sisi lain ki ageng kutu yang merasa lebih dulu di wengker tidak terima, Ditengah kondisi yang sama sama kuat, Batoro Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu yang terkenal sakti mandraguna. Kemudian dengan akal cerdasnya Batoro Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan di iming-imingi akan dijadikan istri,Kemudian Niken Gandini inilah yang dimanfaatkan Batoro Katong untuk mengambil keris Koro Welang dan tombak tunggul naga, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu.
Pada hari jum’at wage (hari jum’at wage oleh masyrakat ponorogo terutama kaum abangan di kenal dengan hari naasnya ponorogo sehingga hari itu di keramatkan),pasukan ki ageng kutu yang di bantu dengan warok hongolono menyarang batorokatong waktu itu batorokatong dan para prajuritnya sedang melaksanakan ibadah sholat jum’at sehingga tidak sedikit korban dari batorokatong tetapi batorokatong dapat mengatasinya dengan bantuan selo aji dan kiyai mirah akhirnya ki ageng kutu lari
Ki ageng kutu lari ke arah selatan maju-maju sekarang daerah itu di namakan paju, lari lagi ke arah timur ki ageng kutu sembunyi di pohon kepuh lalu dengan ajian kiyai mirah kepuh itu rubuh daerah itu di namakan poh ruboh,larai lagi ke arah selatan ki ageng kutu sembunyi di pohon kepuh sebanyak 5 kali daerah itu di namakan poh limo (lima),lari lagi ke arah utara ki ageng kutu sembunyi di pohon kepuh lalu dengan ajian selo aji kepuh itu terbakar (gosong) sekarang daerah itu di namakan poh gosong,lari lagi ke utara ki ageng kutu bersenbunyi di pohon maja yang besar batoro katong menghantam dengan tombak tunggul naga maja itu mati sekarang daerah di namakan mojomati,lari lagi ke arah selatan menyebrang sungai ki ageng kutu terlihat sekilas dan tidak nampak lagi bahsa jawanya “mak klebat sak klebatan” daerah itu di namakan kebatan,lari lagi ke arah selatan mendaki gunung dan menengelamkan diri di sebuah belik (belik itu adalah belik gaib hanya orang tertentu yang bisa melihat belik itu),batorokatong dan pasukanya menuggu lama tapi ki ageng kutu tidak keluar-keluar airnya pun berbau busuk (bacin) batoro katong dan pasukanya mengira ki ageng kutu sudah meninggal akhirnya mereka turun tidak lama kemudian ki ageng kutu keluar dan dari atas berteriak “he…..batoro katong kalau kamu memang nyata-nyata sakti kejarlah aku” ki ageng kutu lari ke arah selatan ki ageng kutu tersandung sanding bahasa jawanya ke bancang-bancang sekarang daerah itu bernama bancangan,ki ageng kutu lari ke arah selatan batoro katong mengeluarkan keris koro weleng menjadi gelap gulita seketika bahasa jawanya peteng ki ageng kutu menjadi kebingungan di saat itulah batorokatong mengarahkan keris itu ke leher ki ageng kutu hingga kepala ki ageng kutu putus dan terjatuh ke beji tapi tanpa kepala ki ageng kutu masih bisa berlari ke gunung tataung hingga sekarang belum di ketahui di mana Batoro Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini dimungkinkan dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.
Setelah dihilangkannya Ki Ageng Kutu, Batoro Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara. Dari pintu inilah Katong kukuh menjadi penguasa Ponorogo, mendirikan istana, dan pusat Kota, dan kemudian melakukan Islamisasi Ponorogo secara perlahan namun pasti.
Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Batara Katong, tentu bukannya tanpa rintangan. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.
Lantas, bangunan-bangunan didirikan sehingga kemudian penduduk pun berdatangan. Setelah menjadi sebuah Istana kadipaten, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, yakni Niken Sulastri, sedang adiknya, Suromenggolo, tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah babad legenda "Pramana Raga". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
Kesenian Reog yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai di eliminasi dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang Kerajaan Bantar Angin sebagai sejarah reog. Membuat kesenian tandingan, semacam jemblungan dan lain sebagainya. Para punggawa dan anak cucu Batoro Katong, inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.
Dalam konteks inilah, keberadaan Islam sebagai sebuah ajaran, kemudian bersilang sengkarut dengan kekuasaan politik. Perluasan agama Islam, membawa dampak secara langsung terhadap perluasan pengaruh, dan berarti juga kekuasaan. Dan Batoro Katong-lah yang menjadi figur yang diidealkan, penguasa sekaligus ulama.
Beliau kemudian dikenal sebagai Adipati Sri Batoro Katong yang membawa kejayaan bagi Ponorogo pada saat itu, ditandai dengan adanya prasasti berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batoro Katong dimana pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia, pohon, burung ( Garuda ) dan gajah yang melambangkan angka 1418 saka atau tahun 1496 M.
Batu gilang itu berfungsi sebagai prasasti "Penobatan" yang dianggap suci. Atas dasar bukti peninggalan benda-benda pubakala tersebut dengan menggunakan referensi Handbook of Oriental History dapat ditemukan hari wisuda Batoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo, yakni pada hari Ahad Pon Tanggal 1 Bulan Besar, Tahun 1418 aka bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.
Bagi masyarakat Ponorogo, Batoro Katong adalah tokoh dan penguasa pertama yang paling legendaris dalam masyarakat Ponorogo. Sampai saat ini Batoro Katong adalah simbol kekuasaan politik yang terus dilestarikan oleh penguasa di daerah ini dari waktu ke waktu. Tidak ada penguasa Ponorogo, yang bisa melepaskan dari figur sejarah legendaris ini.
Sejarah Reog Ponorogo, Kesenian Indonesia
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku. (wikipedia/dum)
Silahkan baca reog versi lain dari sumber lain yang serupa......
ASAL USUL KESENIAN REOG PONOROGO
( dibagi beberapa versi )
VERSI : Dewi Sanggalangit
Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri salah satu raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lembut, banyak pangeran dan raja-raja ingin meminangnya unuk dijadikan sebagai istri.
Namun sayangnya Dewi Sanggalangit belum memiliki keinginan untuk berumah tangga sehinga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan seorang cucu ditengah-tengah keluarga mereka.
"Anakku, sampai kapan kau menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?" Tanya raja pada suatu hari.
"Ayahanda, sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahnda sangat mengharapkan hamba untuk menikah, baiklah. Tapi hamba meminta syarat, suami hamba harus memenuhi keinginan hamba".
"Lalu apa keinginanmu?"
"Hamba belum tahu.."
"Lho, kok aneh??" sahut baginda.
"Hamba akan bersemedi terlebih dahulu untuk meminta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba."
Demikianlah, lalu Dewi sanggalangit besemedi selama tiga hari tiga malam memohon petunjuk sang Dewa. Lalu pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.
"Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan sebuah tontonan yang menarik. Tontonan atau pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan, dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor yang nantinya akan dijadikan sebagai pengiring pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.
"Wah berat sekali syaratmu itu..!!" Sahut baginda.
Meski berat, namun syarat itu tetap diumumkan kepada rakyat-rakyatnya, tak terkecuali raja-raja dan pangeran dari negeri tetangga dan seberang.
Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu unuk memperistri Dewi Sanggalangit banyak yang ciut nyalinya dan akhirnya mereka mengundurkan diri karena merasa syarat yang harus dipenuhi sangat mustahil dan berat.
Akhirnya tinggal dua orang saja yang tersisa dan menyatakan siap dan sanggup untuk memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelana Swandana dari Kerajaan Bandarangin.
Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab raja Singabarong adalah manusia yang aneh, ia seorang manusia berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedangkan Kelanasewandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan aneh. Suka pada anak laki-laki. Anak laki-laki dianggapnya sebagai gadis-gadis cantik.
Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkannya.
Raja Singabarong bertubuh besar dan tinggi. Dari bagian leher keatas berwujud harimau yang meyeramkan. Berbulu lebat dan dipenuhi dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memeluhara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.
Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman untuk menciptakan sebuah tontonan yang menarik dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua.. Namun pekerjaan tersebut ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah bisa dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi yang baru belum juga tercipta, demikian pula dengan binatang berkepala dua belum juga bisa didapatkan.
Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala. Ia diutus oleh Raja Singabarong untuk menyelidiki kesiapan dari pesaingnya, Kelanaswandana. Patih Iderkala dan beberapa prajurit terlatihnya segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Setelah mereka melakukan penyelidika dengan seksama selama beberapa hari, mereka kembali ke Lodaya.
"Ampun Baginda. Kiranya si Kelanasewanda hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba melihat lebih dari seratus kuda dikumpulkan. Mereka juga yelah menyiapkan tontonan yang menarik dan sangat menakjubkan." Patih Iderkala melaporkan.
"Wah Celaka..!! Kalau begitu, sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya." Kata Raja Singabarong."Lalu bagaimana dengan binatang berkepala duanya?? Apa mereka juga sudah siapkan??"
"Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan Baginda, tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menyiapkannya" Sambung Patih Iderkal.
"Patih Iderkala, mulai siapkan prajurit pilihan yang terbaik dengan persenjatan yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah untuk menyerbu ke Bandarangin.
Demikianlah, Raja Singabarong ingin bermaksud untuk merebut hasil usaha keras Raja Kelanasewandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja singabarong memerintahkan beberapa mata-matanya untuk menyelidiki perjalanan yang ditempuh Raja Kelanasewandana dari Wengker menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka diperjalanan dan merebut hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit.
Namun, Rencana Raja Sibgabarong hancur karena semua mata-mtanya berhasil ditangkap dan dibunuh oleh prajurit kerajaan Bandarangin karena kedok mereka terbongkar.
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari pajurit mata-matanya yang di kirim ke kerajaan Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan kepada patih Iderkala untuk menyusul mereka ke perbatasan. Sementara ia sendiri pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
"Hai burung meak, cepat patukilah kutu-kutu dikepalaku!" Teriak aja Singabarong menahan gatal.
Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong dan mulai mematuki kutu-kutu yang bertebaran di kepala Raja Singabarong. Karena Patukan-patukan yang nikmat dari Burung Merak itu, Raja Singabarong sampai tertidur pulas. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan diluar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya.
Diluar istana pasukan Bandarangin telah menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan elah tewas terlebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin. Ketika pertempuran itu sudah merambat ke dalam istana dekat tamansari, barulah Raja Singabarong terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ribut-ribut. Sementara si burung merak masih saja terus mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong. Jika dilihat secara sepintas dari depan Raja Singabarong terlihat seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan merak.
"Hai mengapa diluar sana ribut-ribut...!!!" Teriak Raja Singabarong marah.
Namun tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Raja Kelanasewandana.
Raja Singabarong terkejut sekali. "Hai Raja Kelanasewandana mau apa kau datang kemari..??"
"Jangan pura-pura bodoh!!" Sahut Raja Kelanasewandana. "Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit..!!"
"Hemm, jadi kau sudah tahu??" Sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
"Ya, maka aku akan menghukummu!!"
Lalu Raja kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Seketika kepala Raja Singabarong menjadi berubah. Burung merak yang tadinya hinggap di bahunya lalu menempel dan menyatu dengan kepala Raja Singabarong. Raja Singabarong marah bukan kepalang, lalu ia mencabut kerisnya dan meloncat untuk menyerang Raja Kelanasewandana. Namun Raja Kelanasewandana segera mengayunkan cambuk saktinya yang bernama Samandiman ketubuh Raja Singabarong. Cambuk itu dapat megeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
Begitu terkena sabetan Cmbuk itu, Raja Singabarong terpental dan mengglepar-glepar diatas tanah. Seketika ubuhnya terasa lemah dan berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya pun hilang. Raja Kelanasewandana segera memerintahka prajuritnya untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanasewandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
"Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri dari Raja Kelanasewandana??"
"Ayahanda, apakah Raja Kelanasewandana sanggup untuk memenuhi semua persyaratan yang telah hamba sampaikan??"
"Tentu saja, Dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan, masalahnya sekarang apakah kau tidak menyesal jika harus menjadi istri Raja Kelanasewandana??".
"Jika hal itu sudah menjadi jodoh, hamba akan menerimanya sebagai Suami hamba ayahanda, dan hamba akan merubah kebiasaan buruk Raja Kelanasewandana yang suka kepada laki-laki itu."
Demikianlah, pada hari yang sudah ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanasewandana dengan kesenian yang diberi nama Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, kendang, dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh tapi merdu dan mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya binatang aneh yang berkepala dua, yaitu harimau dan merak.
Pada akhirnya Dewi Sanggalangit lalu menikah dengan Raja Kelanaswandana dan Dewi Sanggalangit diboyong ke kerajaan Bandarangin di Wengker ( Ponorogo ) untuk dijadikan permaisurinya. Lalu kesenian ini dinamai sebagai Reog Ponorogo yang sering kita lihat di pertunjukan.
VERSI LAIN
Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Wengker bandarangin, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Wengker pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.
Warok
Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.
Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
Reog di masa sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

7 comments:

  1. kalau mau iklan silahkan hubungi admin. jika lewat komen akan langsung dihapus

    ReplyDelete
  2. Buku babad ponorogo masih ada ? Mau pinjam

    ReplyDelete
  3. sabung ayam online menghadirkan pertandingan sabung ayam LIVE setiap harinya

    Ayo Segera Daftar Akun Bermain Anda..Gratiss..

    Klik >>>>>>> Daftar Sabung ayam

    Hubungi Segera:
    WA: 087785425244
    Cs 24 Jam Online

    ReplyDelete
  4. Gabung Bersama kami di Betpulsa,net
    Situs Paling Terpercaya Betpulsa
    Menangkan Bonus Jutaan Rupiah Setiap Harinya
    Jaminan Kemenangan Bergaransi

    Games Yang Tersedia Antara Lain :
    * SPORTSBOOK
    * POKER
    * LIVE CASINO
    * IDN LIVE
    * BLACK JACK
    * SLOT ONLINE
    * SABUNG AYAM S128

    Promo di Betpulsa :
    * Min Depo 25 K
    * Min WD - 50 K
    * Bonus New Member 15%
    * Next Deposit 10%
    * Bonus Harian 5%
    Dan Masih Banyak Bonus Lainnya
    * Deposit Via Pulsa Tanpa Potongan Rate 100%
    * Deposit dan Withdraw 24 jam Non stop ( Kecuali Bank offline / gangguan )
    * Proses Deposit & Withdraw Tercepat
    * Livechat 24 Jam Online
    * Untuk Info Lebih Lanjut Bisa Hubungi CS Kami

    ## Contact_us ##
    WHATSAPP : 0822 7636 3934

    ReplyDelete
  5. https://tajenonline.live/bagaimana-cara-perawatan-ayam-tua-secara-singkat

    Bagaimana cara perawatan Ayam tua atau ayam yang sudah berumur otomatis ayam tua ini pasti mempunyai luka yang sangat parah di akibatkan terkena pukulan.

    Bagaimana bisa?? Ikuti Kelanjutannya di situs resmi Tajen Online

    ReplyDelete
  6. #PINOQQ#
    BANYAK BONUS DAN MUDAH MENANG 100%
    Keunggulan PINOQQ :
    - PROSES DEPO & WD MUDAH TANPA RIBET
    - PROSES DEPO & WD TERCEPAT
    - KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
    - CS RAMAH & PROFESIOANAL SIAP MEMBANTU 24JAM
    - TIPS & TRIK SELALU DI INFOKAN KE SEMUA MEMBER HANYA DI SINI
    - SEMUA BANK ONLINE 24 JAM ( JIKA TIDAK ADA GANGGUAN )
    Nikmati juga HOT PROMO bersama kami:
    * BONUS TURNOVER 0.3% (DIBAGIKAN SETIAP 5 Hari 1x)
    * BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP)
    Tunggu apalagi bos ^^ Langsung daftar diri anda DI PINOQQ
    hubungi melalui LiveChat&WA DAN SIAP melayani 24 jam
    - WA : +855 969 787 541
    - LINE : pino_qq
    - TELEGRAM : +855969787541
    - LINK : WWW.88PINOQQ(.)NET
    Salam Sukses & Hoki
    => DAFTARKAN SEKARANG JUGA <=

    ReplyDelete
  7. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete